"Kita sudah mendengar langsung keluh kesah dan masukan dari petani. Dari masukan tersebut tentu membantu pemerintah untuk merumuskan serta meninjau ulang pelaksanaan kebijakan di lapangan," ujar Deputi III Kantor Staf Presiden Panutan Sulendrakusuma, dalam siaran pers di Jakarta, Kamis.
Panutan mengatakan di Pasaman Barat terdapat 100 hektare lahan padi biofortifikasi yang dikelola oleh lima kelompok tani. Proses penanaman benih sudah dimulai pada September, dan diharapkan akan memasuki musim panen Desember mendatang.
Program pengembangan dan penanaman padi biofortifikasi di Pasaman Barat disambut baik oleh petani. Terlebih lagi, padi biofortifikasi memiliki kandungan gizi tinggi sehingga dapat membantu mengatasi kekurangan zat besi pada masyarakat.
"Setengah dari hasil produksi padi biofortifikasi akan dikonsumsi dan sisanya akan dijual," ungkap salah seorang petani, Hariadi.
Baca juga: KSP minta UMKM manfaatkan peluang pengadaan barang dan jasa pemerintah
Baca juga: KSP dorong kolaborasi program vaksinasi di Jambi
Hariadi berharap pemerintah memfasilitasi perbaikan sistem irigasi di sekitar sawahnya sehingga ke depan panen bisa mencapai 3 kali dalam setahun.
"Petani juga butuh alat mesin pertanian berupa 'tranplanter' untuk mengurangi biaya tanam sebesar 60 persen," tutur Hariadi.
Pengembangan budi daya padi biofortifikasi atau "Inpari IR Nutri Zinc" telah dilakukan sejak 2020 di beberapa daerah yang memiliki prevalensi balita kekerdilan tinggi.
Tahun ini, Pemerintah melalui Kementerian Pertanian menargetkan pengembangan padi biofortifikasi sebanyak 46 hektare di 26 Provinsi.
Pengembangan varietas padi yang memiliki kandungan sumber mineral atau zinc (Zn) tersebut merupakan terobosan dalam penanggulangan kekerdilan (stunting) di Indonesia.
Dengan kandungan zinc mencapai 34,51 ppm, padi bifortifikasi diklaim bisa mengoptimalkan pertumbuhan tinggi dan berat anak.
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2021