Cangkul Merah Putih fokus mengisi pasar dalam negeri terutama terhadap kebutuhan alat-alat pertanian yang sebagian besar masih impor
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki meluncurkan merek Cangkul Merah Putih berlabel Standar Nasional Indonesia (SNI) yang diproduksi oleh Koperasi Produsen Angudi Logam Abadi.
“Akhirnya kita mampu swasembada cangkul sendiri yang saat ini bahan bakunya di-support oleh BUMN, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk dan dukungan pembiayaan dari PT BRI (Persero) Tbk,” ucap Teten dalam peluncuran produk SNI Cangkul Nasional Merah Putih sekaligus Pelepasan Ekspor Batu Fosil ke Hamburg, Jerman di Pendopo Bupati Tulungagung, Jawa Timur, sebagaimana dalam keterangannya, Jakarta, Jumat.
Pada awal menjadi menteri, dikatakannya, Presiden Joko Widodo meminta agar dirinya mencari solusi untuk meredam isu tentang impor cangkul.
Karena itu, lanjut dia, pihaknya menempuh jalan dengan memperkuat koperasi dan kemudian bermitra bersama BUMN untuk memenuhi ketersediaan bahan baku.
Dengan adanya Cangkul Merah Putih, Teten menyatakan bahwa produk yang telah terstandarisasi tersebut diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan industri nasional dan daerah.
Kemunculan produk ini merupakan program lokalisasi kolaborasi Kemenkop-UKM bersama Kementerian Perindustrian, Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (LPDBP-KUMKM).
"Cangkul Merah Putih fokus mengisi pasar dalam negeri terutama terhadap kebutuhan alat-alat pertanian yang sebagian besar masih impor. Namun, tak menutup kemungkinan cangkul ini dapat merambah pasar internasional," ujar Menkop.
Langkah selanjutnya yang akan diambil oleh pihaknya ialah mengembangkan koperasi logam penghasil cangkul ini agar bisa memproduksi alat pertanian lainnya.
Beberapa langkah guna mencapai tujuan tersebut ialah diawali dengan memastikan ekosistem cangkul melalui supply (penawaran) logam dari Krakatau Steel dengan harga yang kompetitif. Kedua, akses pasar produk ini dengan cara diserap pemerintah, kementerian, dan lembaga sehingga koperasi bisa meningkatkan produk dari sisi kualitas dan kuantitas.
“Akses pasar telah dibuka sebanyak 40 persen belanja pemerintah lewat LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah), salah satunya alat-alat pertanian. Belanja UMKM pun sudah diatur dalam Undang-Undang Cipta Kerja. Program alokasi pengadaan barang dan jasa pemerintah dari UMKM saat ini mencapai Rp188,96 triliun atau sekitar 42,19 persen dari total target Rp447,2 triliun,” tukas dia.
Terakhir, Kemenkop-UKM disebut terus memperkuat akses pembiayaan lewat LPDB-KUMKM, termasuk Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga yang sangat rendah dari perbankan dan disubsidi oleh pemerintah.
Selain di Tulungagung, koperasi sektor logam dengan produk cangkul juga dinyatakan fokus dikembangkan di Sukabumi, Klaten, dan Tegal.
“Saya optimis industri logam terutama cangkul ini terus berkembang, karena selama dua tahun ini isu impor cangkul sudah tak ada lagi. Bahkan dari segi kualitas, saya sudah coba adu sendiri dengan produk impor, cangkul Merah Putih punya kita ini kuat,” terang Menkop.
Ketua Koperasi Angudi Logam Abadi Suharyono menyampaikan, saat ini koperasinya mampu memproduksi 4.000 cangkul per bulan. Ia bersyukur produk Cangkul Merah Putih telah mendapat sertifikat SNI.
“Ikhtiar ini agar kita mudah jika ingin menembus pasar ekspor dan berjejaring dalam rantai nilai global (global value chain),” imbuhnya.
Baca juga: Teten minta impor mesin produksi cangkul dibebaskan dari pajak
Baca juga: Empat BUMN siap dukung produksi cangkul dalam negeri
Baca juga: Kemenperin pastikan IKM cangkul mampu penuhi kebutuhan dalam negeri
Baca juga: Sukabumi siap produksi cangkul secara massal
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021