Anggota DPR-RI Daerah Pemilihan (Dapil) Maluku Mercy Chriesty Barends mengapresiasi upaya Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjadikan Negeri Latuhalat, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon sebagai desa inovasi mitigasi bencana berbasis vegetasi di Provinsi Maluku.desa inovasi mitigasi bencana berbasis vegetasi melalui pengembangan tanaman sukun
"Saya memberikan apresiasi yang tinggi kepada pemerintah Negeri dan warga Latuhalat melalui kolaborasi dengan BRIN, untuk menjadi desa inovasi mitigasi bencana berbasis vegetasi melalui pengembangan tanaman sukun (Artocarpus altilis)," kata Mercy di Ambon, Sabtu.
Angota Komisi VII DPR-RI tersebut sedang melakukan reses tahun 2021/2022 di tiga kabupaten di Maluku dan Kota Ambon, sempat berkunjung ke Negeri Latuhalat pada Jumat (22/10) untuk melihat perkembangan proyek inovasi mitigasi bencana berbasis vegetasi di desa tersebut.
Pengembangan Latuhalat sebagai desa inovasi, atas kerja sama Komisi VII DPR-RI bersama BRIN yang menggelontorkan dana sebesar Rp200 juta untuk pengembangan budidaya dan pembibitan varietas tanaman sukun jenis kapas.
Program pembibitan tanaman sukun dilakukan dalam rangka menghadapi tantangan perubahan iklim abrasi pantai maupun ancaman tsunami yang sering terjadi di Provinsi Maluku.
Sukun kapas merupakan jenis tanaman endemik yang tumbuh sejak puluhan tahun di Negeri Latuhalat yang memiliki karakteristik berbatu karang. Sukun dari negeri tersebut saat ini sudah mulai dipasarkan ke berbagai daerah, tidak hanya di kota Ambon saja.
Daging buah sukunya memiliki ciri tekstur lembut menyerupai kapas serta bercita rasa gurih, empuk dan manis jika digoreng. Sedangkan pohonnya berfungsi sebagai penahan tanah dari abrasi atau penghambat tsunami.
Baca juga: Desa di Tulungagung cadangkan anggaran mitigasi kebencanaan
Baca juga: Warga Desa Percut olah mangrove untuk mitigasi iklim
Menurut anggota DPR-RI dari Fraksi PDI Perjuangan itu, ide mengembangkan Latuhalat sebagai desa inovasi berbasis vegetasi, bermula dari program BRIN untuk mengembangkannya bekerja sama dengan Komisi VII DPR-RI.
"Melalui kerja sama dengan BRIN maka saya mendorong Negeri Latuhalat sebagai desa inovasi berbasisi vegetasi, khususnya pengembangan tanaman sukun kapas ini dan akhirnya melalui sejumlah penilaian maka programnya dapat dilaksanakan," katanya.
Sukun kapas asal negeri Latuhalat, menurutnya sudah sangat terkenal, bahkan Presiden Joko Widodo saat beberapa melakukan kunjungan ke Ambon, meminta disediakan sukun dari negeri tersebut sebagai salah penganan wajib.
"Presiden malah meminta bibit sukun kapas dari Negeri Latuhalat untuk ditanam dan dikembangkan di Kebun Raya Bogor sebagai salah satu tanaman endemik khas Maluku," katanya.
Dia juga mengapresiasi kolaborasi yang dilakukan BRIN bersama pemerintah dan masyarakat Latuhalat melibatkan Bumdes setempat, apalagi melibatkan Dosen Fakultas Pertanian Universitas Pattimura (Unpatti)Ambon untuk pengembangan teknologi pertanian tepat guna.
Apalagi lokasi pembibitan sukun yang saat ini jumlahnya mencapai lebih dari 500 ribu anakan, juga dijadikan sebagai tempat praktek kuliah kerja nyata (KKN) mahasiswa Unpatti Ambon.
Bibit sukun kapas yang dihasilkan dari negeri tersebut dapat dipasarkan selain untuk ditanam di pulau-pulau dan wilayah pesisir di Maluku, juga menjangkau ke berbagai daerah di Tanah Air.
Mercy yang juga anggota Badan Anggaran DPR-RI proyek percontohan itu dapat ditularkan ke desa-desa lainnya di Maluku, khususnya untuk pengembangan tanaman endemik berbasis mitigasi bencana berbasis vegetasi.
"Saya berharap ke depan ada negeri atau desa lain di Maluku dapat dikembangkan sebagai desa inovasi, tentu dengan memenuhi standar penilaian BRIN. Sebagai anggota Komisi VII saya terus mendorong dan mengawal agar anggaran dari berbagai kementerian dan lembaga dapat terserap di daerah sehingga berdampak menyejahterakan ekonomi masyarakat," katanya.
Baca juga: Sasangga Banua Kalsel persiapkan desa mitigasi perubahan iklim
Baca juga: Memperkuat mitigasi lewat desa tangguh bencana
Pewarta: Jimmy Ayal
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021