Ketua Perhimpunan Alergi dan Imunologi Indonesia (Peralmuni) Prof Iris Rengganis mengemukakan penanganan wabah polio di Indonesia saat ini sudah lebih baik berkat konsistensi pemerintah dalam program pencegahan penyakit tersebut.Sekarang situasi wabah polio di Tanah Air sudah lebih baik berkat program pencegahan polio, khususnya di kalangan anak
"Sekarang situasi wabah polio di Tanah Air sudah jauh lebih baik berkat adanya program pencegahan polio, khususnya di kalangan anak," kata Iris Rengganis yang dikonfirmasi ANTARA melalui sambungan telepon di Jakarta, Senin.
Dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan alergi imunologi di RS Mayapada Jakarta Selatan dan RS Pondok Indah itu menilai pencegahan polio pada anak sebagai strategi tepat dalam upaya pencegahan penyakit di Indonesia.
Baca juga: Feses kandung virus polio bisa cemari lingkungan secara luas
Iris mengatakan Hari Polio Sedunia selalu diperingati setiap 24 Oktober untuk menyoroti upaya global menuju dunia bebas dari penyakit menular yang disebabkan virus polio.
Virus polio tergolong penyakit menular antarmanusia, khususnya kelompok anak yang sangat rentan tertular. Vaksinasi masih menjadi andalan untuk melindungi anak-anak dan menghentikan penyebaran polio sebab belum ditemukan obat yang sesuai.
Dikatakan Iris, Indonesia menyatakan bebas polio sejak 2014, meski muncul satu kasus circulating Vaccine Derived Polio Virus (cVDPV) terdeteksi di Papua pada 10 Desember 2018 dan berhasil dilakukan pencegahan penularan oleh otoritas terkait.
Baca juga: Epidemiologi: Polio penyakit menular yang bisa dieradikasi
Dilansir dari laman resmi Kementerian Kesehatan RI gejala polio yang kerap timbul yaitu demam, kelelahan, sakit kepala, muntah, kekakuan pada leher, dan nyeri pada tungkai.
Virus tersebut dilaporkan menyerang otak dan sumsum tulang belakang sehingga menyebabkan kelumpuhan bagi penderitanya. 5-10 persen penderita meninggal ketika otot-otot pernapasannya berhenti bergerak.
Sementara itu, PT Bio Farma melalui keterangan tertulis mengemukakan kontribusi Indonesia dalam program bebas polio di dunia dibuktikan lewat kepercayaan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) atas penggunaan vaksin dalam keadaan darurat (Emergency Use Listing/ EUL) untuk jenis Novel Oral Polio Vaksin tipe 2 (nOPV2).
Baca juga: Yogyakarta harapkan vaksin polio kembali tersedia akhir Februari
Senior Executives Vice President (SEVP) Peneltian dan Pengembangan Bio Farma, Adriansjah Azhari menjelaskan kepercayaan itu dilatarbelakangi oleh kompetensi Bio Farma berkat pengalaman dalam pengembangan dan penelitian, produksi hingga pernah menjadi penyedia utama dunia untuk vaksni Oral Polio Vaksin (OPV).
“Dengan peran global yang dijalankan oleh Bio Farma, serta kompetensi yang kami miliki, Bio Fama diminta oleh WHO untuk membantu dunia memberantas wabah polio khususnya polio type 2. Pada Juli 2016 yang lalu, Bio Farma telah berhasil mendapatkan persetujuan dari WHO untuk mengekspor mOPV2 ke Angola dan beberapa negara yang berada di wilayah Afrika, untuk menghentikan wabah cVDPV2," ujarnya dalam keterangan resmi Bio Farma.
Selain Afrika, produk tersebut juga dipasarkan ke Mediterania Timur, Pasifik Barat, dan beberapa wilayah di Asia Tenggara.
Baca juga: TKI deportasi divaksin antisipasi penyakit polio dari Malaysia
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021