Teknologi tersebut diklaim memiliki kemampuan dalam budidaya udang dalam kepadatan hyper density, dengan sistem oksigenasi yang dinilai efektif untuk menstabilkan oksigen terlarut dalam media budidaya.
'Kami ciptakan alat yang kami beri nama Oxibam YP-01 yang mampu menghasilkan mix macro, micro, dan nano bubble yang merupakan kombinasi yang sangat cocok untuk budidaya udang" kata Joe dalam keterangan tertulis, dikutip Senin.
Baca juga: Riau dorong potensi budidaya udang vaname di daerah pesisir
Joe mengatakan keberhasilan budidaya udang vaname tidak hanya ditentukan oleh sistem oksigen yang baik. Terdapat pula hal lain yang menjadi kunci kesuksesan budidaya, seperti parameter fisika, kimia, dan biologi air serta manajemen pakan dan mineral.
Sementara itu, Wendi menambahkan bahwa banyak fitur lainnya yang juga harus disesuaikan untuk pencapaian hasil optimal dalam budidaya hyper density ini.
Selain oksigen, kata dia, fitur-fitur dalam komposisi probiotik, mineral, dan lainnya juga berperan penting dalam teknologi hyper density.
"Dan kami sudah temukan dan sudah mengaplikasikan beberapa siklus dengan hasil yang sangat baik" kata Wendi.
Produksi udang vaname yang menggunakan teknologi Oxibam diklaim sangat tinggi, dengan kepadatan tebar mencapai 2000 ekor/m3, dan masa pemeliharaan 50-60 hari dengan produktivitas 80-120 ton/ha.
Teknologi Oxibam sudah diterapkan di beberapa tempat seperti di Lovina, Situbondo, dan kini sedang dibangun skala industri di Jembrana Bali.
Teknologi tersebut diharapkan akan berkembang di Tanah Air dan bisa mendorong peningkatan produksi udang nasional.
Baca juga: Menu Ramadhan - Fettucini sayur tabur udang
Baca juga: 10 kontainer kerupuk udang, bukti flagship Indonesia masih kondang
Baca juga: Resep udang sambal bawang goreng ala chef Juna
Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021