Ini menjadi peluang bagi negara-negara Uni Eropa, terutama untuk mengembangkan sektor manufaktur yang dapat meningkatkan nilai tambah
Pemerintah Indonesia berharap dengan adanya Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) dapat mendongkrak investasi negara-negara Uni Eropa (EU) di Indonesia.
“Maka terdapat peluang yang luar biasa antara Indonesia dan Uni Eropa untuk memperkuat perekonomian yang lebih berketahanan dan meningkatkan investasi Uni Eropa serta negara-negara di dalamnya,” kata Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti dalam CEPA Roadshow and Business Forum East Kalimantan yang dipantau secara virtual di Jakarta, Selasa.
Saat ini, Amalia menjelaskan, Indonesia tengah mengalami masalah sebagai negara berpenghasilan menengah (middle income trap) yang kondisinya semakin terpuruk karena pandemi COVID-19.
Dia menyebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2020 terkontraksi hingga 2,1 persen, namun pemulihan terus terlihat, sehingga pertumbuhan ekonomi menembus angka 7,1 persen pada Triwulan II 2021.
Baca juga: IEU-CEPA dapat bantu pemulihan ekonomi dan sosial pasca-COVID-19
“Kita melihat bahwa Pemerintah Indonesia tidak hanya ingin mendukung pemulihan ekonomi, tetapi juga ingin meningkatkan pertumbuhan ekonomi lebih cepat dibandingkan sebelum pandemi,” ujarnya.
Untuk itu, Amalia mengatakan, pemerintah juga tengah berupaya untuk mewujudkan visi Indonesia 2045 sebagai negara dengan berpenghasilan tinggi.
Dia menyebutkan ada enam strategi yang dapat mengubah Indonesia demi merealisasikan cita-cita tersebut, di antaranya meningkatkan sumber daya manusia (SDM), produktivitas sektor ekonomi, transformasi digital, penerapan ekonomi hijau, integrasi perekonomian domestik, dan relokasi pemindahan ibu kota.
“Pemindahan ibu kota ke Kalimantan akan menjadi suatu hal yang bermanfaat bagi kita karena dapat mendorong ekonomi yang berkelanjutan,” katanya.
Baca juga: Perundingan IEU-CEPA akan berlangsung empat kali pada 2020
Selama ini, lanjut dia, Kalimantan Timur hanya bergantung pada sumber daya alam (SDA), seperti batu bara dan minyak sawit, sehingga diperlukan diversifikasi ekonomi.
“Ini menjadi peluang bagi negara-negara Uni Eropa, terutama untuk mengembangkan sektor manufaktur yang dapat meningkatkan nilai tambah,” katanya.
Ia berharap baik Indonesia maupun EU dapat memaksimalkan kemitraan tersebut, sehingga dapat memberikan manfaat secara optimal, terutama dari sisi pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan di Indonesia.
Dalam kesempatan sama, Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam Vincent Piket menyambut baik adanya peluang investasi tersebut.
“Uni Eropa tidak hanya berfokus pada manufaktur saja, tetapi juga pengetahuan, teknologi, dan industri digital. Ini juga akan membuka peluang baru untuk investasi dan memungkinkan adanya dialog bilateral antara negara-negara Uni Eropa dan Kalimantan Timur,” ujarnya.
Baca juga: Dubes EU: IEU-CEPA buka peluang lapangan kerja Indonesia-Uni Eropa
Baca juga: Negosiasi putaran ke-11 Indonesia-Uni Eropa CEPA digelar November
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021