"Penanganan sampah memang harus dari hulu, yakni dari rumah tangga. Maka saya minta di setiap rumah disediakan minimal dua tempat sampah. Satu untuk sampah basah dan satu untuk sampah kering yang bisa didaur ulang," ungkapnya di Cibinong, Bogor, Rabu.
Menurutnya, untuk menangani sampah, tidak bisa hanya dengan mengandalkan program maupun anggaran pemerintah. Sehingga, masyarakat harus mengubah paradigma dalam pengelolaan sampah di Bumi Tegar Beriman.
Pasalnya, dengan jumlah penduduk yang banyak dan luas wilayah, masih banyak sampah tidak terangkut ke pembuangan akhir.
Baca juga: Indocement edukasi masyarakat soal daur ulang sampah
Baca juga: Polres Bogor tetapkan dua tersangka pembuang sampah APD
Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bogor, produksi sampah di Kabupaten Bogor mencapai 2.800 ton per hari. Sementara yang bisa diangkut ke Tempat Pebuangan Akhir Sampah (TPAS) Galuga hanya sekitar 600 ton per hari.
"Yang bisa ditangani secara efektif cuma 600 ton per hari. Maka yang terjadi penumpukan sampah di kanan kiri sungai, dibakar dan bahkan tercecer begitu saja," kata Ade Yasin.
Maka itu, ia mengajak masyarakat untuk mengubah cara berpikir dalam mengelola sampah serta membangun ekonomi sirkuler, untuk mengurangi sampah dan polusi.
Ade Yasin meyakini, jika hal tersebut diterapkan di setiap rumah, akan berdampak luar biasa dalam membantu penanganan sampah dan lingkungan.*
Baca juga: Polres Bogor kantongi identitas perusahaan pembuang sampah APD
Baca juga: DPRD Bogor gelar rapat di pusat pembuangan sampah Galuga
Pewarta: M Fikri Setiawan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021