Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga menjelaskan kenaikan harga minyak goreng di pasaran saat ini imbas dari tingginya harga minyak sawit mentah (CPO) dan kurangnya pasokan bahan baku di pasar minyak nabati dan lemak secara global.Inilah faktor utama terjadi short supply, maka harga minyak sawit di pasar global meningkat pesat sejak Januari 2021
Sahat saat dihubungi di Jakarta, Rabu, mengatakan saat ini harga CPO global yang menjadi acuan yaitu CiF Rotterdam sedang tinggi sehingga menyebabkan harga CPO lokal ikut melonjak dan berpengaruh pada biaya produksi industri minyak goreng kelapa sawit.
Selain itu, Sahat menerangkan kondisi pasar minyak nabati dan lemak (oils & fats) global tengah mengalami kekurangan pasokan akibat pandemi dan cuaca buruk. Kategori minyak nabati hard oils ialah minyak sawit, minyak kernel, dan minyak kelapa. Kategori soft oils adalah minyak kedelai, minyak rapeseed, minyak canola, minyak bunga matahari dan lainnya. Sedangkan kategori lemak terdiri dari minyak ikan dan hewan lainnya.
Sahat menerangkan produksi minyak canola di Kanada dan produksi minyak kedelai di Argentina mengalami penurunan sehingga menyebabkan melonjaknya harga komoditas minyak nabati. Produksi CPO di Malaysia juga menurun akibat kekurangan tenaga kerja untuk memanen buah sawit.
"Hukum ekonomi supply vs demand berlangsung terjadi. Pasokan oils & fats dunia sangat berkurang. Inilah faktor utama terjadi short supply, maka harga minyak sawit di pasar global meningkat pesat sejak Januari 2021," ungkap Sahat.
Kondisi seperti ini pernah terjadi di tahun 2020 di mana produksi 17 jenis minyak nabati dan lemak menurun 266 ribu ton dibanding produksi tahun 2019 yang sebanyak 236.820 ribu ton. Dan pada tahun 2021 ini produksi minyak nabati dan lemak juga hampir sama dengan hasil tahun 2020.
Sahat memprediksi kenaikan harga sawit masih akan terjadi, setidaknya hingga kuartal I 2022 mengingat kedua faktor penghambat produksi minyak nabati yaitu pandemi COVID-19 dan cuaca buruk.
"Suasana kenaikan harga sawit ini juga didukung oleh minyak bumi (Brent Oil) yang sekarang ini harga global berada di level 85,53 USD per barrel, dari harga USD 43,8 per barrel di tahun lalu," kata Sahat.
Berdasarkan data panel harga Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, harga rata-rata minyak goreng secara nasional per 27 Oktober mencapai Rp16.230 per liter, meningkat Rp150 atau 0,93 persen dibandingkan hari sebelumnya. Harga minyak goreng paling tinggi di Provinsi Aceh Rp17.380 per liter dan paling rendah di Bengkulu Rp14.890 per liter.
Baca juga: Pedagang sembako keluhkan harga minyak goreng naik
Baca juga: Antisipasi harga minyak goreng, Kemendag pastikan ketersediaan stok
Baca juga: BI : Minyak goreng, telur hingga rokok jadi penyumbang inflasi Agustus
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021