"Karena pandemi belum selesai dan satwa kan beda dengan pabrik ya, kalau mesin kita hentikan, maka tidak ada biaya lagi. Tetapi kalau binatang itu mahkluk hidup, kita tetap harus beri makan," kata dia melalui siaran persnya, ditulis Senin.
Baca juga: 3 komitmen yang harus dimiliki pemilik hewan peliharaan
Dia yang diketahui mendukung kampanye Save Our Zoo yakni gerakan berbagi untuk para satwa bersama Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia (PKBSI) termasuk sosok pencinta satwa. Kecintaannya pada satwa diturunkan oleh sang ayah. Dia mengisi YouTube dan Instagram dengan konten tentang konservasi satwa-satwa liar, seperti harimau, rakun, burung merak, burung unta, dan serigala.
"Kalau dari papa itu yang diturunkan bukan satwa ekstrem atau satwa liar biasanya, tapi satwa peliharaan dan paling jauh juga ular atau musang. Kalau saya lebih ke satwa buas dan liar seperti ke harimau, seperti itulah jadi lebih fokus ke satwa liar," tutur dia.
Alshad memelihara banyak binatang di rumahnya yang terletak di kawasan Bandung, Jawa Barat. Menurut dia, memelihara hewan di rumah jauh lebih mudah ketimbang kebun binatang.
Dia mengatakan, semuanya lebih mudah dikontrol oleh tenaga ahli yang berpengalaman. Keeper demikian Alshad menyebutnya, sangat memperhatikan kesehatan satwa termasuk pada malam hari. Kemudian, karena jumlah satwa-nya tidak banyak maka proses kontrol juga bisa menjadi lebih fokus.
"Kebun binatang atau lembaga konservasi kalau jual tiket kan untuk membeli makannya, sedangkan saat ini tidak ada pengunjung. Hal lain, merawat satwa itu mahal. Yang sedikit saja mahal, apalagi sekelas kebun binatang yang satwanya banyak," demikian tutur dia.
Baca juga: Cara Raditya Dika dan Ryan Delon kenalkan anak bulu pada si buah hati
Baca juga: Steril dapat optimalkan kesejahteraan hidup hewan peliharaan
Baca juga: Pepe dan Chimu anjing pendamping, beri keceriaan di Rumah Sakit Chili
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021