PT PLN (Persero) mencatat sebanyak 28 perusahaan telah mendapatkan sertifikat energi terbarukan sebesar 140 megawatt dari pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Kamojang yang berlokasi di Kabupaten Bandung, Jawa Barat.Bahkan, saat ini sudah ada 50 perusahaan mengantre untuk bisa membeli sertifikat energi terbarukan selanjutnya
"Generasi pertama sertifikat energi terbarukan sebesar 140 megawatt dari PLTP Kamojang telah habis diserap 28 perusahaan," kata Direktur Manajemen Sumber Daya Manusia PLN Syofvi Roekman dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Sertifikat energi terbarukan merupakan layanan PLN berupa pengakuan penggunaan energi baru terbarukan. Dokumen ini merupakan bukti kepemilikan sertifikat standar internasional atas produksi tenaga listrik yang dihasilkan dari pembangkit energi terbarukan.
Sejak diterbitkan oleh PLN pada akhir tahun lalu, sertifikat tersebut telah mendapatkan respons positif dari sektor komersial, industri, dan individu yang diharapkan bisa menghasilkan lebih banyak produk energi ramah lingkungan untuk konsumen dan mencapai target pengurangan emisi karbon pada 2030.
"Bahkan, saat ini sudah ada 50 perusahaan mengantre untuk bisa membeli sertifikat energi terbarukan selanjutnya," ujar Syofvi.
Dalam upaya meningkatkan layanan sertifikat energi terbarukan, PLN mematangkan kerja sama dengan Akselerator Investasi Energi Bersih (CEIA) untuk dapat menciptakan transformasi pemanfaatan energi bersih di Indonesia.
Melalui kerja sama ini, asistensi teknis akan dilakukan untuk mengembangkan layanan-layanan inovatif, seperti green tariff sebagai salah satu opsi pengadaan energi terbarukan untuk korporasi atau peluang PLN untuk menjadi entitas lokal yang berhak menerbitkan sertifikat energi terbarukan sesuai standar yang telah ditetapkan dan diakui secara internasional.
Selain produk yang memberikan pilihan pembelian listrik terbarukan kepada pelanggan, PLN juga berencana untuk mengeksplorasi inovasi baru bersama dengan CEIA sebagai bagian dari akselerasi pengurangan karbon di Indonesia.
Kerja sama ini diharapkan juga dapat mengakselerasi pengembangan kapasitas, diseminasi informasi terkait penelitian, dan melaksanakan berbagai kegiatan untuk memfasilitasi permintaan konsumen listrik.
Direktur Energi Global dari World Resources Institute Jennifer Layke mengatakan kerja sama ini diperlukan untuk mencapai target bauran Indonesia sebanyak 23 persen pada 2025.
Menurutnya, tantangan yang dihadapi dalam pengembangan energi terbarukan di sektor ketenagalistrikan bukan hanya tentang pemilihan bahan bakar saja, tetapi juga tantangan agar produk energi terbarukan yang telah diproduksi bisa diserap oleh pasar.
"Saya menyambut positif dengan apa yang terjadi di PLN. Bagaimana permintaan pasar, perkembangan teknologi, dan aset PLN yang terdiversifikasi ke energi terbarukan menjadi satu sistem dapat diterima," pungkas Jennifer,
Baca juga: IESR: Sertifikat Energi Terbarukan bakal dongkrak mekanisme pasar
Baca juga: Peluang ekspor listrik dan gairah investasi EBT
Baca juga: Anggota Komisi VII DPR minta PLN percepat bangun pembangkit EBT
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021