Berdasarkan data DBD yang dikutip dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes di Jakarta, Jumat, menyebutkan angka kematian akibat demam berdarah pada 2021 juga turun dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 361 kematian hingga pekan ke-43 tahun 2021, sedangkan tahun 2020 mencapai 747 kasus kematian.
Baca juga: Ketua MPR minta Kemenkes siapkan sarana penanganan DBD
Jika melihat data sebarannya, kasus DBD pada tahun 2020 hanya di Pulau Jawa, Sumatera, dan kepulauan Nusa Tenggara. Sedangkan pada tahun 2021, DBD juga terdeteksi di Kalimantan dan Sulawesi.
Rata-rata usia yang paling banyak terinfeksi pada rentang 15 hingga 44 tahun sebanyak 31,54 persen, 5 sampai 14 tahun 30,46 persen, di atas 44 tahun 24,73 persen, usia 1 sampai 4 tahun 10,68 persen, dan bayi di bawah satu tahun 2,60 persen.
Sementara lima kabupaten/kota yang paling banyak kasus DBD di Indonesia, yaitu Kota Depok dengan 2.235 kasus, Kota Bandung 1.895 kasus, Kota Bekasi 1.791 kasus, Kabupaten Bandung 947 kasus, dan Kabupaten Bogor 797 kasus.
Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor-Zoonotik melakukan program pencegahan dan pengendalian dengue dengan melaksanakan Gerakan 1 rumah 1 Jumantik (juru pemantau jentik) di 154 kabupaten-kota, 6.122 koordinator Jumantik, 4.498 supervisor Jumantik, dan 1.047 Kader Jumantik Pelabuhan.
Pencegahan penyakit demam berdarah yang bisa dilakukan masyarakat dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), seperti membersihkan lingkungan sekitar rumah, menguras air yang menggenang, membuang barang tak terpakai yang menumpuk.
Selain itu, pencegahan juga bisa dilakukan dengan menanam tanaman pengusir nyamuk dan menggunakan lotion antinyamuk.
Baca juga: Lima daerah duduki angka kasus DBD tertinggi pada Juni 2021
Baca juga: Kemenkes perkuat strategi nasional penanggulangan dengue
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021