Posisi Indonesia sendiri mendukung penyusunan "ASEAN Leader Statement on Digital Transformation" yang diinisiasi oleh Brunei Darussalam selaku chairmanship ASEAN pada tahun ini.
Dalam forum tersebut, Indonesia juga menyepakati dukungan terhadap "ASEAN Leader Statement on Advancing Digital Transformation" yang berfokus pada pendalaman kerja sama antara badan sektoral dan pilar komunitas ASEAN untuk transformasi digital yang inklusif dan akseleratif.
Fokus selanjutnya adalah penguatan kerja sama keamanan siber yang dikoordinasi oleh Komite Koordinasi Keamanan Siber ASEAN (ASEAN Cybersecurity Coordinating Comitee), serta fokus dalam ASEAN Digital Masterplan 2025 (ADM 2025).
Baca juga: Huawei ICT Competition lahirkan SDM digital berdaya saing global
Baca juga: Teknologi digital pererat hubungan diplomatik Indonesia-China
ADM 2025 memprioritaskan pemulihan ASEAN dari COVID-19, menghubungkan bisnis dan memfasilitasi perdagangan lintas batas dan membangun masyarakat yang inklusif secara digital.
Selain itu, komunitas dan ekonomi digital yang didukung oleh layanan, teknologi, dan ekosistem digital yang aman dan transformatif.
Namun, mewujudkan target tersebut tak lepas dari sejumlah tantangan, terutama dalam sektor talenta digital. Direktur Eksekutif ASEAN Foundation Dr. Yang Mee Eng menilai kesenjangan digital (digital gap) adalah salah satunya.
"Saat ini, kita berusaha untuk berjalan ke depan dengan cara yang berbeda. Dan, kita beruntung karena kita saat ini bisa mengakses infrastruktur dan koneksi. Namun, perlu diingat bahwa ada kelompok yang belum terpapar hal yang sama dengan kita," kata Dr. Yang kepada ANTARA.
Lebih lanjut, Dr. Yang memaparkan ada kesenjangan antara kesediaan talenta dan pekerja digital dari Asia Tenggara. "Ini adalah sesuatu yang harus dicari solusinya untuk meminimalisir gap tersebut," ujar dia.
Ia juga menyoroti pentingnya negara-negara di kawasan Asia Tenggara untuk mampu bertahan, baik dalam sektor ekonomi maupun sosial.
Menurut dia, pemerintah harus bekerja keras dalam hal ini, namun tentu saja pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. "Dengan sumber daya (manusia) yang mungkin terbatas (dari sisi akses dan edukasi), negara perlu bermitra, membuka pintu dan membuat kebijakan yang ramah dan terbuka," jelas Dr. Yang.
Selain peran pemerintah, kemitraan dengan perusahaan teknologi seperti Huawei merupakan salah satu upaya untuk mengimbangi dan mendukung aspek yang mungkin dirasa kurang, seperti misalnya penyediaan teknologi hingga pembangunan infrastruktur dan talenta digital.
Saat ditanya apakah ia optimistis dengan akselerasi ekosistem digital di Asia Tenggara, Dr. Yang mengatakan hal tersebut telah terjadi di kawasan ini. Hanya saja, ia menilai negara-negara di ASEAN, tak terkecuali Indonesia, harus lebih terbuka dengan peluang-peluang baru di luar sana.
Di sisi lain, Vice President Public Affairs and Communications Huawei Indonesia Ken Qi, mengatakan kolaborasi bersama pemerintah, industri, perguruan tinggi, sekolah kejuruan, komunitas dan media, menggelar serangkaian kegiatan alih pengetahuan dan teknologi.
Di Indonesia, Qi menilai pengembangan SDM menjadi motor utama bagi terselenggaranya transformasi digital dan lahirnya berbagai inovasi-inovasi.
Untuk itu, peningkatan kompetensi SDM digital yang sesuai dengan kualifikasi industri menjadi kunci dalam menciptakan nilai dan solusi yang mampu menjawab kendala dan tantangan yang dihadapi oleh seluruh sektor dan industri.
"Pada saat yang sama, SDM digital yang kompeten menjadi pendorong terjadinya lompatan ekonomi yang besar sesuai dengan cita-cita bangsa dan negara sebagaimana yang tercetus dalam Visi Indonesia Emas 2045," kata Qi.
Pemerintah memroyeksikan pada 2030 Indonesia harus memiliki sedikitnya 9 juta SDM Digital yang cakap dan kompeten. Upaya saling mendukung dan bahu-membahu, serta kolaborasi sinergis antar pemangku kepentingan menjadi kunci tercapainya visi tersebut.
"Kami berharap, program-program yang kami selenggarakan mampu berkontribusi dalam mengatasi berbagai tantangan mendasar seperti adanya kesenjangan antara industri dan dunia pendidikan terkait kualifikasi SDM yang dibutuhkan," kata Qi.
"Paling fundamental, kami berharap program-program alih pengetahuan dan teknologi yang makin intensif kami gelar mampu berkontribusi dalam pemenuhan jumlah SDM Digital yang masif di Indonesia," imbuhnya.
Huawei Indonesia juga telah mencanangkan sebuah komitmen yang bertajuk Huawei 100K Digital Talents.
Di antara inisiatif tersebut adalah progam unggulan kami Huawei ICT Academy yang memayungi berbagai program pengembangan SDM digital, seperti Huawei ICT Competitions yang pada gelaran terakhir sukses mengantarkan Institut Teknologi Bandung (ITB) sukses merebut dua gelar di kompetisi tingkat global, dan Seeds for the Future yang diikuti oleh mahasiswa-mahasiswa Indonesia terpilih.
Dalam payung besar Huawei ICT Academy, perusahaan juga banyak memberikan pelatihan kepada guru-guru dan para siswa dari sekolah serta lembaga pendidikan kejuruan.
Huawei juga menggelar pelatihan dan lokakarya di bidang keamanan siber, AI maupun 5G untuk berbagai kalangan dengan menggandeng BSSN, KSP dan lembaga-lembaga lainnya.
Tahun ini, Huawei juga telah meluncurkan fasilitas Huawei ASEAN Academy Engineering Institute Jakarta dan Pusat Inovasi Huawei (Huawei Innovation Center) di Jakarta, Indonesia.
Kedua fasilitas ini dimaksudkan untuk meningkatkan bukan hanya kepiawaian dalam mengelola teknologi digital, namun juga kesadaran publik terhadap kemungkinan-kemungkinan yang dapat dihadirkan teknologi digital.
Fasilitas-fasilitas yang tersedia di Huawei ASEAN Academy Engineering Institute Jakarta dapat dimanfaatkan oleh para pemangku kepentingan yang bekerja sama seperti lembaga pemerintah, industri, pendidik dan pelajar, hingga komunitas dan media.
"Kami berharap dapat makin berkontribusi dalam mendukung terwujudnya visi Indonesia Emas, menjadikan Indonesia sebagai negara maju berbasis riset dan inovasi," kata Qi.
Baca juga: Kemendikbudristek dukung peran swasta akselerasi talenta digital
Baca juga: Huawei-ASEAN Foundation teken MoU dorong kemajuan talenta digital
Baca juga: Kolaborasi lintas sektor bantu wujudkan ekosistem digital inklusif
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021