Dapiel mencatat lompatan setinggi 1,70 meter atau lebih tinggi dari rekor sebelumnya setinggi 1,65 meter yang dibukukannya di Peparnas XV di Jawa Barat pada 2016.
Dengan memecahkan rekor atas namanya sendiri, Dapiel berhak meraih medali emas.
Pria kelahiran 1991 itu menyingkirkan tiga pesaingnya, yakni Rizky Fauzi Akbar asal Kalimantan Timur, Tatag Sugiono asal Jawa Tengah dan Anton Hilman asal Jawa Barat.
Rizky mencatatkan lompatan setinggi 1,62 meter, Tatag 1,58 meter, sedangkan Anton memiliki lompatan 1,40 meter.
Baca juga: Atlet tuan rumah rebut emas pertama Peparnas Papua
Dapiel mengaku telah melakukan persiapan menghadapi Peparnas selama sekitar 1,5 tahun sejak 2020.
"Emas yang didapat ini saya persembahkan untuk masyarakat Papua. Terima kasih untuk semua masyarakat Papua yang sudah mendukung saya selama ini," kata Dapiel seusai lomba.
Dapiel juga mendedikasikan medali yang diraihnya untuk kedua orang tuanya yang telah meninggal dunia.
Peparnas Papua diikuti oleh 1.985 atlet penyandang disabilitas dari 34 provinsi di Indonesia. Mereka akan berupaya mencetak sejarah sebagai yang terbaik.
Mereka akan berlomba untuk menyumbangkan keping medali bagi kontingen masing-masing provinsi pada Peparnas ke-16 yang digelar pada 6-13 November 2021.
Para atlet berlaga pada 12 cabang olahraga, yang terdiri atas angkat berat, atletik, boccia, bulu tangkis, catur, judo, menembak, panahan, renang, sepak bola cerebral palsy (CP), tenis lapangan kursi roda dan tenis meja.
Baca juga: Sumut raih enam emas atletik pada hari pertama Peparnas Papua
Baca juga: Abraham Elopere beberkan kunci raih emas Peparnas Papua
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Rr. Cornea Khairany
Copyright © ANTARA 2021