• Beranda
  • Berita
  • Satgas: Jangan antipati pada setiap kebijakan yang dibuat pemerintah

Satgas: Jangan antipati pada setiap kebijakan yang dibuat pemerintah

11 November 2021 20:44 WIB
Satgas: Jangan antipati pada setiap kebijakan yang dibuat pemerintah
Juru Bicara Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito dalam Konferensi Pers Perkembangan Penanganan Covid-19 di Indonesia per 11 November 2021 yang diikuti lewat akun Youtube BNPB Indonesia di Jakarta, Kamis (11/11/2021). (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)

Juru Bicara Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito minta masyarakat tidak bersikap antipati terhadap setiap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, khususnya dalam rangka menjelang hari libur Natal dan tahun baru.

“Saya harapkan kita semua menghindari sikap antipati terhadap kebijakan dan menyadari bahwa kebijakan yang dikeluarkan pemerintah merupakan bentuk pelindungan bagi masyarakat,” kata Wiku dalam Konferensi Pers Perkembangan Penanganan COVID-19 di Indonesia per 11 November 2021 yang diikuti lewat akun Youtube BNPB Indonesia di Jakarta, Kamis.

Wiku menuturkan, segala bentuk kebijakan yang dibuat oleh pemerintah merupakan upaya untuk melindungi masyarakat dari penularan COVID-19 karena tren kenaikan kasus pada setiap hari libur, dapat dikatakan cukup kompleks.

Kompleksnya kenaikan kasus positif COVID-19 setiap hari libur, dipicu oleh beberapa penyebab yang telah teridentifikasi. Seperti peningkatan mobilitas yang tidak diimbangi dengan upaya testing yang cukup.

Baca juga: 123,82 juta jiwa telah menerima vaksin dosis pertama

Baca juga: Vaksinasi anak dilakukan jika cakupan dosis satu sudah 70 persen

Padahal, testing merupakan hal yang krusial sebagai langkah preventif untuk memastikan pelaku perjalanan dalam kondisi yang sehat dan dapat memastikan pelaku tidak menularkan virus ke daerah lain.

Penyebab selanjutnya, kata dia, diakibatkan oleh adanya masyarakat yang masih tidak disiplin protokol kesehatan baik selama rangkaian perjalanan maupun aktivitas selama liburan. ketidakdisiplinan itu dapat terlihat pada tradisi berkumpul untuk makan bersama dan menjalankan tradisi keagamaan.

Akhirnya, keteledoran itu turut meningkatkan peluang penularan virus tipe SARS-CoV-2, termasuk akibat meningkatnya aktivitas sosial di pusat perbelanjaan, tempat rekreasi maupun tempat publik tanpa adanya pengawasan protokol kesehatan.

“Berdasarkan hasil analisis data tersebut, saya meminta pemerintah daerah dan seluruh lapisan masyarakat untuk bersikap siaga dalam menyongsong libur Natal dan tahun baru,” kata Wiku.

Menurut Wiku, dalam menghadapi penyebab-penyebab yang memicu meningkatnya peluang kasus positif bertambah, pemerintah perlu membentuk kebijakan yang efektif dan tepat sasaran berdasarkan data serta situasi di lapangan.

Ia meminta khususnya protokol kesehatan di tempat wisata yang menjadi destinasi tujuan saat hari libur lebih ditingkatkan melalui dibentuknya satgas di area tersebut untuk mengawasi segala bentuk kegiatan yang dilakukan pengunjung.

Seluruh fasilitas umum juga diwajibkan untuk menggunakan aplikasi PeduliLindungi sebagai skrining dan prasyarat untuk masuk ke bermain.

“Apabila ada pengunjung yang menolak untuk menggunakan aplikasi tersebut, petugas wajib untuk menolak pengunjung masuk ke areanya,” kata dia.

Ia berharap masyarakat dapat bekerja sama untuk mematuhi dan menjalankan peraturan yang ditetapkan dan tidak lengah sehingga membuka celah penyebaran virus lebih luas lagi.

“Setiap langkah kecil dan sederhana, memakai masker saja akan sagat signifikan hasilnya. Saya mengajak masing-masing individu untuk menjadi inspirasi bagi orang-orang di sekitarnya dalam menegakkan protokol kesehatan sehingga bisa mempercepat terciptanya kepatuhan kolektif yang kita cita-citakan selama ini,” ujar dia.*

Baca juga: Satgas COVID-19: Karakteristik varian AY.4.2 masih diteliti

Baca juga: Satgas COVID-19 minta ada pengawas prokes di fasilitas publik

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021