Pemerintah Indonesia dan Selandia Baru terus membangun kemitraan di bidang transisi energi, terutama untuk merespons perubahan iklim, kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
“Salah satu kerja sama yang dapat dikembangkan adalah di bidang geothermal,” kata Retno ketika menyampaikan pernyataan pers secara virtual usai pertemuan bilateral dengan Menlu Selandia Baru Nanaia Mahuta pada Senin.
Kemitraan kedua negara di bidang energi telah ditunjukkan antara lain melalui pembangunan “Flores Geothermal Island” di Nusa Tenggara Timur dan pembangunan jaringan pipa di Maluku dalam kerangka New Zealand-Maluku Access to Renewable Energy Support (NZMATES).
Program “Flores Geothermal Island” ditujukan untuk menghadirkan energi bersih bagi masyarakat setempat, mengingat kebutuhan energi listrik di Pulau Flores, khususnya Manggarai Barat, akan terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk serta pertumbuhan ekonomi, industri, dan pariwisata.
Di sisi lain, mengacu pada keterangan tertulis Kementerian Keuangan RI yang dirilis September lalu, rasio elektrifikasi di daerah itu masih di bawah rata-rata nasional.
Proyek panas bumi dikembangkan di daerah tersebut karena potensinya mencapai 910 MWe (megawatt electrical), yang terdiri dari sumber daya sebesar 398 MWe dan cadangan sebesar 524 MWe. Dengan demikian, Pulau Flores dinilai dapat menjadi pelopor untuk pengembangan energi bersih.
Guna mendukung tujuan Indonesia dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan pasokan energi terbarukan dalam bauran energinya, Menlu Selandia Baru mengumumkan bantuan pendanaan sebesar 6 juta dolar AS (sekitar Rp85,2 miliar) selama lima tahun di bawah kemitraan baru dengan Global Green Growth Institute.
Baca juga: Selandia Baru ajak Indonesia perkuat energi bersih pascapandemi
Organisasi pembangunan internasional antarpemerintah itu bertujuan mempromosikan pertumbuhan hijau, yang mensyaratkan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan.
“Ini akan memberikan kontribusi dukungan internasional yang penting bagi Indonesia untuk mempercepat transisinya ke energi terbarukan dan kerja sama berkelanjutan di sektor energi terbarukan,” tutur Menlu Mahuta.
Selain di bidang energi, Indonesia juga mengajak Selandia Baru mempererat kerja sama untuk percepatan pemulihan ekonomi di tengah pandemi COVID-19.
Pada September 2021, tren perdagangan bilateral kedua negara naik 37 persen year-on-year (YoY) dan mencapai 1,25 miliar dolar AS (sekitar Rp17,7 triliun).
Namun, Menlu Retno menekankan bahwa kerja keras kedua pihak diperlukan untuk mencapai target nilai perdagangan 2,8 miliar dolar AS (sekitar Rp39,8 triliun) pada tahun 2024.
“Saya sampaikan pentingnya perdagangan bilateral yang lebih seimbang. Oleh karena itu, saya meminta kepada Selandia Baru untuk dapat membuka akses pasar bagi produk buah-buah tropis Indonesia dan penguatan investasi dan program peningkatan kapasitas di bidang pertanian dan peternakan di Indonesia,” tutur Retno.
Lebih lanjut, Menlu Retno menyampaikan harapannya agar kerja sama perdagangan seperti ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement dan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) dapat dimanfaatkan untuk mendorong perdagangan dan investasi.
Baca juga: Selandia Baru siap bantu Indonesia perkuat industri energi panas bumi
Baca juga: Indonesia-Selandia Baru targetkan perdagangan Rp40 triliun pada 2024
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2021