• Beranda
  • Berita
  • Manajemen diabetes bukan hanya perkara gula darah

Manajemen diabetes bukan hanya perkara gula darah

17 November 2021 12:01 WIB
Manajemen diabetes bukan hanya perkara gula darah
Ilustrasi periksa gula darah (Pixabay)
Mereka yang terkena diabetes disarankan dokter melakukan manajemen pengobatan yang tidak hanya menyoal kontrol gula darahnya melainkan juga pola makan hingga pemeriksaan organ tubuh seperti mata.

Secara umum, tata laksana diabetes meliputi pengaturan pola makan yang meliputi kandungan, kuantitas dan waktu asupan (3J - Jenis, Jumlah dan Jadwal), berolahraga sesuai kemampuan tubuh selama 30 menit sehari atau 150 menit per pekan.

Selain itu, terapi farmakologi, seperti pemberian obat atau injeksi insulin, berdasarkan anjuran dokter, kemudian edukasi terus menerus kepada pasien diabetes, keluarga yang terlibat (termasuk masyarakat secara umum) mengenai gaya hidup sehat, sampai cara konsumsi obat, hingga penanda komplikasi dan kegawatdaruratan.

Terakhir, pemantauan glukosa darah oleh dokter, baik lewat laboratorium, ataupun dengan cara Sel Monitoring Blood Glucose (SMBG)/ Pemantauan Gula Darah Mandiri oleh pasien di rumah.

Selain itu, pemeriksaan organ tubuh lain seperti mata juga penting segera dilakukan setelah seseorang terdiagnosis diabetes.

Dokter spesialis penyakit dalam dari Universitas Indonesia, Dr. Bhanu Kumar, BMedSc, SpPD, mengatakan, karena diabetes berada di dalam darah maka seluruh bagian tubuh seperti jantung, mata, otak bisa terkena imbasnya.

Pada mata, diabetes bisa menyebabkan mata kering, glaukoma, katarak yang bila tak segera ditangani bisa berujung kebutaan. Data memperlihatkan, pasien diabetes berisiko 25 kali menderita kebutaan apabila tak mendapatkan pengobatan. Selain itu, ada risiko neuropati diabetik pada ginjal yang bisa berbuntut cuci darah.

"Manajemen diabetes tidak hanya gula darah saja. Kalau sudah ada komplikasi, ditangani juga sebelum terjadi perburukan," kata Internist Specialist JEC Eye Hospitals and Clinics itu dalam sebuah media gathering secara daring ditulis Rabu.

Terkait masalah pada mata, dokter spesialis mata dari Universitas Indonesia, Dr. Referano Agustiawan, SpM(K), menyebut katarak salah satunya, yakni suatu kondisi lensa mata yang awalnya bening menjadi keruh.

Baca juga: Olahraga rutin bantu turunkan risiko diabetes

Baca juga: Wamenkes sebut diabetes di Indonesia seperti fenomena "gunung es"

 
Ilustrasi periksa mata (Pixabay)


Walau semua orang akan mengalami katarak suatu hari nanti tetapi penyandang diabetes lebih mudah terkena masalah ini apalagi bila gula darahnya tidak terkontrol.

Gejala katarak meliputi penglihatan seperti ada kabut, sering mengganti kacamata karena gula darah tinggi, pandangan ganda, sering merasa silau pada siang hari atau malam hari.

Saat ini tidak ada obat khusus yang yang bisa menyembuhkan katarak. Menurut Referano, katarak hanya bisa ditangani melalui operasi yang sudah pada masa kini sudah sangat maju yakni membutuhkan waktu 15-20 menit dengan luka minimal dan pasien tak perlu dirawat.

Sementara itu, neuropati diabetik yakni penyakit pembuluh darah akibat diabetes. Pada kondisi ini, terjadi pecahnya pembuluh darah sehingga muncul perdarahan di pembuluh darah retina.

"Penyakit ini terjadi bersamaan dengan diabetes. Tidak dapat disembuhkan tetapi bisa dikontrol yakni gula darah, kolesterol, tekana darah. Bekerja sama dengan ahli penyakit dalam. Lakukan laser, injeksi atau operasi," kata Referano yang menjabat sebagai Direktur Utama RS Mata JEC@Kedoya, Vitreo-Retina, Cataract Specialist JEC Eye Hospitals and Clinics.

Kondisi diabetik neuropatik terjadi setelah rata-rata seseorang mengalami diabetes selama 5 tahun. Selain masalah ini, mereka juga rentan juga mengalami komplikasi yang biasanya pada pembuluh darah kecil lainnya seperti mata.

Sementara pasien yang baru terdiagnosis 1 tahun biasanya belum mengalami masalah pada mata.

Tetapi, orang dengan riwayat penyakit 20 tahun, hampir 60 persen mengalami masalah diabetik neuropatik apabila kontrol gula darahnya tidak cukup baik. Sementara pada mereka yang bisa mengendalikan gula darahnya, maka kemungkinan terkena neuropati ringan dan tidak membutuhkan terapi khusus.

"Sejak seseorang terkena diabetes segera periksa kondisi mata untuk cegah kebutaan apabila ditemukan dini dan diobati. Walau neuroatik tidak bisa disembuhkan," pesan Referano.

Komplikasi diabetes juga bisa menyebabkan stroke dan serangan jantung, peripheral artery disease (penyakit arteri perifer), peripheral neuropathy (neuropati perifer) dan diabetic foot (kaki diabetik).

Sayangnya, hingga saat ini banyak sekali orang tidak tahu menderita diabetes sampai muncul komplikasi seperti di mata.

Seorang pasien misalnya, baru berkosultasi ke dokter mata karena mengalami pandangan mata buram. Setelah diperiksa, ternyata gula darahnya tinggi dan dokter pun mendiagnosisnya diabetes.

Penegakkan diagnosis diabetes sendiri selain berpatokan pada gejala seperti sering buang air kecil, sering kehausan, kelaparan, juga melalui parameternya gula darah sewaktu di atas 200 mg/dL.

Sementara bila berpatokan pada gula darah puasa maka di atas 126 mg/dL barulah seseorang bisa dinyatakan terkena diabetes karena gula darah normal berada di angka di bawah 100 mg/dL.

"Kita harus melihat tidak hanya gejala awal diabetes tetapi bisa juga menemukan gejala komplikasi yang muncul seperti tangan kesemutan. Kalau gejala awalnya 3p yakni sering lapar, sering haus dan sering buang air kecil," kata Bhanu.

Selain pengobatan, mereka dengan kondisi diabetes juga disarankan menerapkan pola hidup sehat termasuk asupan makanan bergizi seimbang dan berolahraga rutin.

Data terbaru International Diabetes Federation (IDF) (2021) menyebutkan, sekitar 19,46 juta orang di Indonesia mengidap diabetes. Terjadi peningkatan sebesar 81,8 persen dibandingkan jumlah pada 2019.

Angka tersebut memposisikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah pengidap diabetes tertinggi kelima di dunia (setelah China, India, Pakistan dan Amerika Serikat). Bahkan, Indonesia menjadi satu-satunya di Asia Tenggara yang masuk ke dalam 10 besar negara dengan kasus terbanyak.

Laporan IDF juga memperlihatkan sekitar 73,7 persen dari total pengidap diabetes di Indonesia (14,34 juta orang) hidup dengan diabetes yang tidak terdiagnosis. Estimasinya, 1 per 9 orang dewasa di Indonesia mengalami gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan kadar gula darah tinggi ini.

Melihat dampak yang bisa ditimbulkan dari diabetes, maka seseorang yang sudah terlanjur terkena penyakit ini, disarankan segera menerapkan terapi harian, monitor gula darah secara rutin dan menerapkan pola hidup sehat. Selain itu, pemeriksaan organ seperti mata dan ginjal juga menjadi upaya penting demi mencegah perburukan kondisi.

Baca juga: Manajemen Diabetes Melitus

Baca juga: Manajemen diri bagus kurangi risiko kematian akibat diabetes

Baca juga: Gangguan ginjal pada pasien diabetes bukan disebabkan konsumsi obat

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021