Menumbuhkan kesadaran akan pengendalian sampah plastik sejak dini merupakan hal yang penting untuk dilakukan, karena kesadaran bukanlah sesuatu yang tumbuh dengan sendirinya melainkan dibutuhkan pengenalan dan pembiasaan, demikian Psikolog & Co-founder Rumah Psikologi TigaGenerasi Saskhya Aulia Prima M.Psi.Melalui pendekatan Bank Sampah, pengendalian sampah diterapkan dalam bentuk kerja sama saling menguntungkan
Mengajarkan kebiasaan baik kepada anak-anak memang cenderung lebih mudah daripada orang dewasa, karena masa tumbuh kembang adalah waktu terbaik untuk menstimulasi anak akan berbagai ilmu.
"Dengan menumbuhkan kepedulian lingkungan sejak dini, tentunya akan memperbesar peluang untuk menciptakan gaya hidup yang lebih ramah lingkungan ketika beranjak dewasa,” kata Saskhya pada sebuah acara webinar pada Jumat (18/11).
Saskhya juga menambahkan bahwa pada dasarnya anak cenderung mempelajari hal baru dengan mengikuti kebiasaan yang sering mereka lihat. “Orang tua bisa memberikan pemahaman atau pengetahuan lewat berbagai macam media, seperti video, buku cerita, dan penjelasan praktis sesuai usia yang membantu mereka untuk lebih memahami pentingnya bijak menggunakan plastik," ujar Saskhya.
Dalam upaya menumbuhkan kesadaran lingkungan agar bijak mengelola sampah plastik sejak dini, Mondelez Indonesia menghadirkan inisiatif #BijakPlastikSejakDini guna menginspirasi anak untuk bijak mengelola sampah plastik sejak dini, seperti kebiasaan untuk mengurangi, menggunakan kembali, serta mendaur ulang sampah plastik.
Baca juga: Pemprov DKI targetkan 1.369 RW kelola sampah mandiri mulai Oktober
Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam indeks ketidakpedulian lingkungan hidup 2018 menyatakan, masih ada 72 persen masyarakat yang tidak peduli dengan sampah.
Khrisma Fitriasari, Head of Corporate & Government Affairs Mondelez Indonesia menjelaskan, hadirnya inisiatif ini merupakan bagian dari komitmen perusahaan terhadap pengendalian sampah plastik, sekaligus wujud nyata kontribusi #MondelezUntukIndonesia.
"Melalui inisiatif #BijakPlastikSejakDini, Mondelez Indonesia ingin memberi edukasi terkait nilai ekonomi dari sampah plastik dan pemanfaatannya sebagai barang berguna. Mondelez Indonesia berharap inisiatif ini dapat diikuti oleh para siswa, orang tua dan komunitas sekolah agar bersama-sama bijak mengelola sampah plastik untuk menciptakan masa depan yang berkelanjutan," kata Khrisma.
Sebagai tahap awal, kegiatan ini dilakukan dengan menghadirkan Bank Sampah di dua sekolah dasar, yaitu SDN Duren Tiga 13 dan 14 di Jakarta Selatan dengan melibatkan partisipasi seluruh komponen sekolah, mulai dari peserta didik, guru, orang tua hingga partisipasi karyawan Mondelez Indonesia. Sejak dimulai di bulan Februari 2021, bank sampah telah mengumpulkan lebih dari 2 ton sampah plastik, yang kemudian didaur ulang menjadi berbagai furniture untuk sekolah.
Mondelez Indonesia menggandeng Kertabumi Recycling Center sebagai partner dalam pelaksanaan kegiatan ini, mulai dari tahap perencanaan, pengumpulan, hingga pengolahan sampah menjadi produk bermanfaat bagi sekolah.
Ikbal Alexander selaku Founder dari Kertabumi Recycling Center menjelaskan, sistem pengendalian sampah plastik dengan pendekatan Bank Sampah merupakan salah satu cara yang paling mudah diterima oleh masyarakat, apalagi untuk meningkatkan partisipasi usia dini.
Baca juga: Kolaborasi pemda-badan usaha kunci pengelolaan sampah
"Melalui pendekatan Bank Sampah, pengendalian sampah diterapkan dalam bentuk kerja sama saling menguntungkan, yang bisa memberikan manfaat sosial ekonomi, dan pada akhirnya dapat mengurangi timbunan sampah," kata Ikbal.
Rangkaian kegiatan dari inisiatif #BijakPlastikSejakDini ini terbagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu membangun pemahaman, konsisten memberi dukungan, dan apresiasi atas pencapaian. Proses membangun pemahaman dilakukan melalui berbagai workshop yang diikuti oleh seluruh komponen sekolah.
Juga dilakukan komunikasi secara bertahap kepada orang tua dan siswa, sehingga proses pengumpulan, penimbangan, dan pengolahan sampah plastik dapat berjalan. Selain itu, siswa juga diberikan buku tabungan dari bank sampah sebagai motivasi tambahan agar lebih giat memilah sampah.
Terakhir, apresiasi diberikan dalam bentuk hasil proses daur ulang sampah plastik yang dapat dimanfaatkan langsung oleh siswa, seperti rak buku, meja, bangku, serta renovasi kantin, perpustakaan dan taman bacaan.
Imbauan pemerintah
Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI (KLHK) mengimbau agar produsen bisa membuat peta jalan pengurangan sampah plastik.
"Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan Peraturan Menteri (Permen) LHK No 75 Tahun 2019 mengenai Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen, di situ disebutkan peta jalan pengurangan sampah oleh produsen akan dilaksanakan dari tahun 2020 sampai 2029 mendatang," kata Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Novrizal Tahar.
Baca juga: Pengelolaan sampah plastik jadi sumber pendapatan warga Surabaya
Novrizal mengatakan pemerintah menargetkan bahwa pengurangan sampah oleh produsen bisa tercapai sebesar 30 persen pada akhir tahun 2029.
"Dengan dikeluarkannya regulasi ini maka jadi mandatory dan tanggung jawab setiap produsen untuk bisa mengurangi sampah dari produk mereka hingga packaging mereka," kata dia.
Novrizal menambahkan upaya pengurangan sampah bisa dilakukan lewat inisiatif kolaborasi antarpemangku kepentingan sebagai salah satu jalan bagi Indonesia menyelesaikan permasalahan sampahnya.
"Ini bisa dimaksimalkan dengan upaya kolabratif, misalnya perusahaan menggandeng recycling center atau upaya inovasi lain misal dengan cara redesign sehingga packing produk bisa lebih mudah didaur ulang atau dikelola," kata dia yang menambahkan bahwa pihaknya mengapresiasi inisiatif #BijakPlastikSejakDini ini.
"Semoga inisiatif ini bisa menjadi inspirasi, sekaligus motivasi bagi seluruh lapisan masyarakat dan juga sektor swasta untuk mendukung target pemerintah dalam mengurangi sampah plastik, sekaligus menghidupkan ekonomi sirkular di masyarakat," kata Novrizal.
Bukan sekedar soal regulasi, aturan ini akan membuat masyarakat mau mengubah perilaku setidaknya dalam memilah sampah, memilih produk yang mereka gunakan sehingga nantinya lebih sedikit menimbulkan sampah, dan juga bisa memberikan pilihan untuk menerapkan konsumsi yang lebih bertanggung jawab.
Baca juga: KLHK luncurkan Festival Peduli Sampah Nasional 2021
Senada dengan Novrizal, Ikbal mengatakan yang lebih penting dari sebuah regulasi dalam upaya mengurangi sampah plastik adalah mengubah perilaku masyarakat sejak dini agar lebih bijak menggunakan plastik atau mengelola sampah pada umumnya.
"Sebetulnya bukan cuma regulasi yang dibutuhkan untuk mencapai target Indonesia bisa 100 persen mengelola sampahnya, tapi lebih ke mengedukasi perilaku, mengubah mindset agar masyarakat mau mengurangi penggunaan sampah dan lain-lain," kata Ikbal yang mengaku bahwa hal tersulit dalam pengelolaan sampah adalah bagian mengumpulkan sampah atau collecting.
"Yang efektif bentuknya memang masih bank sampah karena bisa memberikan insentif ekonomi kepada masyarakat."
Secara global, Mondelez International mengklaim telah mengurangi sebanyak 65 ribu ton sampah plastik dengan melakukan berbagai inovasi pada kemasan produk, di antaranya mengurangi berat ataupun dimensi kemasan.
"Secara global, Mondelez International berkomitmen 100 persen menggunakan kemasan ramah lingkungan yang dapat didaur ulang untuk produk-produknya seperti kemasan Oreo, coklat Cadbury dan sebagainya pada tahun 2025. Saat ini, sebanyak 94 persen kemasan produk-produk Mondelez International telah menggunakan kemasan yang dapat didaur ulang," kata Khrisma.
Baca juga: Cara pandang manusia tentukan perilaku pengelolaan sampah
Baca juga: Tiga langkah pengelolaan sampah bisa berkelanjutan
Baca juga: DKI targetkan 2.742 RW mampu pilah sampah
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2021