WFH menciptakan kebiasaan baru yang mempengaruhi aktivitas sehari-hari kaum pekerja, misalnya waktu bangun tidur, pola makan, jam kerja hingga waktu interaksi bersama keluarga.
Sebaliknya, WFO memberikan tantangan baru karena pekerja harus kembali pada rutinintas yang melibatkan banyak energi, yakni bangun lebih awal, menembus kemacetan lalu lintas, mengatur ulang pengeluaran untuk transportasi dan makan di luar rumah, hingga waktu makan dan istirahat yang berubah.
Baca juga: Pentingnya cermati nutrisi dan kemasan camilan untuk anak
Jika WFH membuat Anda bisa bekerja dari balik layar, WFO menuntut lebih banyak energi untuk bergerak sehingga kondisi kesiapan fisik sangat diperlukan. Bagi Anda yang mulai menjalani WFO, simak tips singkat berikut agar lebih mudah menjalani transisi dari WFH, dilansir berbagai sumber pada Selasa:
Olahraga kembalikan kebugaran tubuh
Kebanyakan rebahan ditambah minimnya aktivitas fisik saat bekerja dari rumah (WFO) akan menghambat metabolisme tubuh yang berimbas pada menurunnya kebugaran.
Kondisi akan semakin buruk apabila Anda tidak mengatur pola makan sesuai jadwal, sehingga bobot tubuh menjadi tak ideal, kehilangan massa otot karena kurang gerak, bahkan berpotensi membuat jantung dan paru-paru melemah.
Hal tersebut tentunya akan menyulitkan Anda untuk bergerak lincah saat beraktivitas normal, dan membuat lebih mudah merasa letih sehingga mengganggu produktivitas pekerjaan.
Guna mencegah hal itu, Anda perlu kembali berolahraga dengan tingkatan yang disesuaikan secara bertahap.
Melansir American College of Sports Medicine (ACMS) pada Selasa, manusia dianjurkan berolahraga minimum 30 menit setiap harinya untuk menjaga kebugaran tubuh.
Jangan cemas, 30 menit olahraga itu bisa Anda siasati dengan aktivitas ringan semisal jalan cepat, jogging, atau kombinasi antara keduanya. Jika bekerja di gedung perkantoran, Anda bisa memanfaatkan tangga manual untuk melatih kembali fisik secara bertahap.
Perhatikan kesehatan kulit
Terlalu lama berada di rumah juga membuat Anda lupa untuk menjaga kesehatan dan kebersihan kulit. Tentunya butuh waktu untuk menyegarkan kembali wajah Anda saat mulai WFO.
dr Kevin Andrian lulusan Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya Jakarta menyebutkan pandemi menciptakan masalah kulit bernama "skindemi" yang tercipta akibat pemakaian masker yang terlalu lama sehingga menyebabkan kulit menjadi kusam, kemerahan, gatal dan mudah berjerawat.
Skindemi akan semakin buruk apabila sering membuka-tutup masker saat beraktivitas karena area wajah di sekitar masker menjadi rawan terpapar kuman dan tentunya juga menaikkan risiko terkena virus COVID-19.
Selain itu, penggunaan masker dalam waktu lama juga membuat pori-pori mudah tersumbat dan berpotensi menjadi tempat bakteri dan kuman berkembang biak.
Untuk itu, pastikan Anda menggunakan masker yang bersih dan jangan lupa membawa beberapa helai masker cadangan saat berativitas di luar ruangan. Pastikan juga kebersihan tangan Anda saat menyentuh masker dan wajah.
Utamakan Prokes
Protokol kesehatan adalah hal utama saat Anda kembali bekerja di luar rumah. Jangan lupa untuk tetap menjaga jarak dengan rekan kerja atau saat memakai angkutan umum
Perhatikan juga kebersihan fasilitas kantor yang digunakan bersama-sama, kapasitas gedung, serta optimalkan aplikasi tracing semisal PeduliLindungi.
Berhenti merokok
Ingatlah bahwa pandemi belum berakhir dan Anda tetap diwajibkan menaati prokes dengan memakai masker dan membersihkan tangan saat beraktivitas di luar rumah.
Para perokok tentunya akan kesulitan menemukan tempat untuk merokok di luar ruangan karena harus melepaskan masker. Selain itu, rokok juga bisa menjadi media perpindahan bakteri hingga virus dari tangan perokok ke mulut.
Untuk itu, daripada memaksakan diri untuk merokok dengan risiko yang besar, termasuk berbagai penyakit yang disebabkan asap pembakaran rokok. Ada baiknya Anda memikirkan untuk berhenti total.
Rokok juga menjadi biang keladi terciptanya bau mulut, dan sejumlah penyakit oral lainnya imbas residu hasil dari pembakaran. Sementara produk-produk tembakau alternatif yang tidak melalui proses pembakaran tidak menghasilkan residu.
Produk tembakau yang dipanaskan misalnya, yang mengantarkan nikotin dengan memanaskan tembakau pada alat berteknologi khusus, sehingga konsumsi tembakau yang dipanaskan diklaim bisa lebih rendah risikonya sampai 95 persen dibandingkan rokok konvensional.
Sejumlah riset bahkan menyebut risiko dari produk tembakau alternatif, terutama produk tembakau tanpa asap (smokeless tobacco) bahkan dapat mengurangi risiko dari konsumsi rokok sampai 99 persen.
Peneliti University of Michigan School of Public Health, Ken Warner menyebut produk tembakau alternatif bisa jadi sarana buat berhenti merokok karena merupakan produk yang jauh lebih rendah resikonya.
“Produk tembakau tanpa asap tak diragukan memiliki resiko yang jauh lebih kecil dibandingkan rokok. Produk-produk ini mungkin dapat membantu perokok berhenti merokok,” ungkapnya dikutip dari ABC News.
Baca juga: Meski praktis, sunat laser berisiko cedera hingga luka bakar
Baca juga: Olahraga pakai jaket tidak dianjurkan
Baca juga: Lakukan pemanasan guna hindari cedera olahraga
Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021