"BRIN siap mendukung seluruh proses sampai dengan uji praklinis, sedangkan untuk uji klinis dukungan sudah disiapkan dari Kementerian Kesehatan," kata Handoko saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Selasa.
Dukungan yang diberikan BRIN antara lain berupa pendanaan sesuai dengan kebutuhan yang disepakati oleh tim panel.
Handoko menuturkan dari pertengahan 2021, BRIN sudah menyiapkan total Rp200 miliar untuk pengembangan vaksin Merah Putih sampai di uji praklinis, dan biaya tersebut di luar dana untuk infrastruktur baru.
Ia mengatakan dukungan tersebut diberikan setelah proses dan tahapan diselesaikan sesuai regulasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terkait uji praklinis dan uji klinis.
Dana sebesar Rp200 miliar tersebut diberikan untuk berbagai pihak atau institusi yang mengembangkan bibit vaksin Merah Putih seperti Universitas Airlangga dan Eijkman.
"Untuk semua yang mengajukan dan sudah sampai di tahap-tahap tertentu," ujar Handoko.
Di lain sisi, BRIN masih mengejar ketersediaan infrastruktur utama untuk tahap pengujian bagi semua kandidat vaksin, yaitu fasilitas uji produksi terbatas berstandar Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) atau Good Manufacturing Process (GMP).
BRIN juga sedang membangun fasilitas uji praklinis untuk hewan makaka atau monyet berskala besar berstandar Animal Biosafety Level 3.
Baca juga: BRIN: Eijkman fokus peningkatan yield bibit vaksin Merah Putih
Baca juga: BRIN: Izin edar darurat Vaksin Merah Putih ditargetkan medio 2022
Baca juga: Triwulan I 2021 target Unair serahkan bibit vaksin ke perusahaan
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021