• Beranda
  • Berita
  • Pengamat: Indonesia harus percepat pengembangan mobil listrik

Pengamat: Indonesia harus percepat pengembangan mobil listrik

23 November 2021 23:30 WIB
Pengamat: Indonesia harus percepat pengembangan mobil listrik
Presiden Joko Widodo meninjau sebuah kendaraan listrik dan alat pengisi daya baterainya saat meresmikan peletakan batu pertama (groundbreaking) yang menandai pembangunan pabrik baterai mobil listrik di Karawang, Jawa Barat, Rabu (15/9/2021). Proyek pembangunan pabrik baterai mobil listrik pertama di Asia Tenggara ini merupakan realisasi investasi konsorsium LG dan Hyundai yang terdiri atas Hyundai Motor Company, KIA Corporation, Hyundai Mobis dan LG Energy Solution. (ANTARA FOTO/Biro Pers Media Setpres/Agus Suparto/Handout/hp.)

kalau tidak agresif Indonesia bisa tertinggal. Padahal kita memiliki pasokan bahan baku baterai mobil listrik yang melimpah

Pengamat otomotif Bebin Djuana mengatakan Indonesia perlu melakukan akselerasi ekosistem kendaraan listrik dan mewaspadai pengembangan mobil listrik di negara lain di kawasan Asia Tenggara.

Salah satu negara di Asia Tenggara yang cukup agresif adalah Vietnam yang mulai memproduksi mobil nasional (mobnas) bertenaga listrik VinFast dengan total investasi 5,4 miliar dolar AS dan siap dipasarkan di Indonesia.

“Sebenarnya, saat ini tidak ada yang perlu diragukan dałam mengembangkan kendaraan listrik di Tanah Air, karena pemerintah sudah sangat jelas membuat roadmap industri ini. Namun, kalau tidak agresif Indonesia bisa tertinggal. Padahal kita memiliki pasokan bahan baku baterai mobil listrik yang melimpah," kata Bebin dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.

Menurutnya, mobil listrik ini merupakan kendaraan masa depan. “Saya pikir akan menjadi sebuah peluang baru bagi industri otomotif Indonesia. Pemerintah juga mesti aktif mengajak pihak swasta dalam mengembangkan kendaraan listrik di tanah air, sehingga ekosistem saling terhubung,” ujarnya.

Aksi yang dibutuhkan saat ini, adalah dengan mempercepat pengembangan ekosistem kendaraan listrik mulai dari hulu hingga hilir. Termasuk di dalamnya menyediakan industri komponen penunjang, terutama baterai.

Baca juga: Indonesia dianggap mampu kuasai industri mobil listrik global
 

Pemerintah juga perlu menyusun skenario untuk mengimbangi penetrasi pasar oleh Vietnam tersebut. Salah satunya adalah dengan membuka bisnis penyewaan baterai untuk menunjang eksistensi lalu lintas mobil listrik.

“Saat ini sejumlah negara sudah mulai serius untuk menanamkan investasi di sektor kendaraan listrik, seperti Korea melalui Hyundai. Produsen otomotif itu aktif dan justru menjadi perintis memproduksi mobil listrik di Indonesia. Ini saya lihat bisa menjadi trigger,” katanya.

Untuk menjadi pemicu, perlu diarahkan para pemain-pemain lama yang sudah malang melintang dalam industri otomotif di Indonesia seperti merek-merek dari negeri Sakura.

“Korea sudah lompat ke listrik tapi Jepang justru ingin mengembangkan mobil hybrid yang bagus. Saya pikir pada tahun depan akan semakin banyak lagi pemain mobil listrik yang bakal masuk Indonesia, karena kita jelas punya daya tarik yang sudah mendunia," katanya.

Kesiapan Indonesia memasuki era mobil listrik disampaikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengatakan bahwa mobil listrik dari Indonesia akan bermunculan pada 2 -3 tahun mendatang atau 2023-2024, karena hilirisasi nikel di dalam negeri yang menghasilkan katoda baterai, besi antikarat dan juga baterai litium akan dilakukan.


Baca juga: Presiden dorong pembangunan ekosistem mobil listrik
 

“Tiga tahun lagi, dua sampai tiga tahun lagi, yang namanya mobil listrik bermunculan dari negara kita,” kata Presiden.

Presiden Jokowi mengatakan dirinya sudah memerintahkan tidak ada lagi ekspor nikel dalam bentuk mentah. Nikel merupakan komoditas bahan baku yang dapat diolah menjadi katoda baterai, besi antikarat dan juga baterai litium, yang merupakan komponen penting dalam struktur industri otomotif, termasuk manufaktur mobil listrik.

Presiden menekankan Indonesia tidak boleh kehilangan kesempatan untuk mendapatkan nilai tambah dari nikel, termasuk juga dari sumber daya alam lainnya seperti bauksit dan tembaga.


Baca juga: Menyambut era mobil listrik untuk ekonomi berkelanjutan

Baca juga: PLN telah bangun 47 SPKLU, dukung ekosistem kendaraan listrik

Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021