Hal itu disampaikan Ari Dwipayana dalam orasi ilmiahnya yang berjudul “Menuju Pencapaian Terakhir Wiweka-Widya, Jnana-Wicaksana” di Institut Agama Hindu Negeri (IAHN) Gde Pudja Mataram, Nusa Tenggara Barat, Senin.
“Kita harus memperbanyak orang-orang yang mau berpikir di tengah, bukan di dua titik ekstrem," ujar Ari Dwipayana sebagaimana siaran pers yang diterima, di Jakarta, Senin.
Lebih jauh, Ari Dwipayana yang juga Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud, menegaskan bahwa jalan tengah bukan berarti menghilangkan identitas atau menurunkan keyakinan atas agama masing-masing. Jalan tengah adalah sikap terbuka atas perbedaan dan keragaman.
Tapi, Ari mengingatkan memperbesar arus tengah bukan sekadar merayakan perbedaan, tapi berikhtiar untuk terus-menerus berdialog untuk mencari titik-titik persamaan, menemukan common words dan common platform, sehingga bisa mengatasi masalah-masalah bersama.
Ari menawarkan beberapa agenda bersama untuk memperkuat arus tengah, Pertama, perlunya memperkuat rujukan-rujukan teologis yang mempertegas posisi agama sebagai ajaran moderat, melalui kajian-kajian intra-agama maupun lintas agama.
Kedua, kajian-kajian dan rujukan teologi moderat juga harus disuarakan secara lantang melalui kampanye dan gerakan moderasi beragama.
"Hal ini sangat penting, mengingat suara kelompok intoleran justru lebih keras dan lantang. Gerakan moderasi harus disuarakan secara lantang dan intensif dalam berbagai ruang publik, baik di dunia nyata maupun dunia maya,” kata Ari.
Ari mengimbau, segenap aktivis dari semua agama bahu-membahu, saling dukung menyuarakan penolakan pada aksi intoleransi, agar hal tersebut tidak terulang kembali.
Ari juga mengingatkan agar dialog antar-agama dilanjutkan menjadi dialog karya, dimana berbagai kelompok lintas agama menggalang aksi bersama untuk menyelesaikan persoalan kemanusiaan, seperti kemiskinan, keterbelakangan dan juga masalah perubahan iklim yang mengancam dunia.
Orasi Ilmiah diselenggarakan pada Sidang Senat Terbuka IAHN Gde Pudja Mataram yang dirangkai dengan wisuda program sarjana ke-18 dan wisuda program pascasarjana ke-6.
Orasi ilmiah dihadiri oleh Raktor IAHN Gde Pudja Mataram Dr. Wayan Wirata, para Wakil Rektor, Ketua PHDI Provinsi NTB, perwakilan organisasi, lembaga dan yayasan bernafaskan Hindu di NTB.
Turut hadir Manggala Dharma Upapati PHDI NTB Ida Pedanda Gede Kerta Arsa dan wakilnya Ida Pedanda Gede Jelantik Dwija Putra.
Baca juga: Ari Dwipayana yakin semangat persatuan Indonesia dapat atasi krisis
Baca juga: KSP usung Kabupaten Fakfak jadi percontohan moderasi beragama
Baca juga: Kemenag edukasi masyarakat tentang moderasi beragama lewat seni
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2021