• Beranda
  • Berita
  • Ahli sebut anak dengan komorbid berisiko tinggi dari COVID-19

Ahli sebut anak dengan komorbid berisiko tinggi dari COVID-19

30 November 2021 22:58 WIB
Ahli sebut anak dengan komorbid berisiko tinggi dari COVID-19
Tangkapan layar - Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Prof Sri Rezeki Hadinegoro dalam webinar Kupas Tuntas Vaksinasi COVID-19 dan Vaksinasi Anak diikuti secara daring, di Jakarta, Selasa (30/11/2021). ANTARA/Virna P Setyorini.

Gejala COVID-19 pada anak tidak sehebat pada orang dewasa, itu sebetulnya.

Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Prof Sri Rezeki Hadinegoro mengatakan pada umumnya gejala COVID-19 pada anak lebih banyak yang ringan, namun mereka dengan komorbid tetap berisiko tinggi.

"Gejala COVID-19 pada anak tidak sehebat pada orang dewasa, itu sebetulnya. Pada umumnya lebih banyak yang ringan, walaupun ada juga yang berat sampai masuk ICU. Tapi itu kecil sekali," kata Prof Sri Rezeki dalam webinar Kupas Tuntas Vaksinasi COVID-19 dan Vaksinasi Anak diikuti secara daring, di Jakarta, Selasa.

Namun yang terpenting, ujar dia, anak-anak harus terlindungi dari COVID-19. Itu karena mereka juga bisa menularkan pada orang lain, sehingga perlu pula disiapkan vaksinasi khusus untuk anak-anak karena memang berbeda dengan vaksin untuk dewasa.

Secara klinis, ia menjelaskan jika anak terkena COVID-19 memang ringan atau tidak bergejala. Tetapi ada juga yang memiliki risiko tinggi, yakni mereka yang memang memiliki komorbid.

"Obesitas, diabetes, penyakit jantung bawaan, asma, kelainan genetik, keganasan (kanker), defisiensi imun. Anak-anak dengan komorbid ini yang harus hati-hati," kata Prof Sri Rezeki.
Baca juga: Menghadirkan atensi bagi anak korban pandemi
Baca juga: IPA minta imunisasi rutin anak didahulukan sebelum vaksinasi COVID-19



Karena itu, jika mereka tidak mendapatkan imunisasi dan mereka terkena COVID-19, mereka harus dirawat dan terkadang ada yang perlu masuk ICU dan terkena komplikasi.

Secara keseluruhan ada sekitar 12 dari total kasus COVID-19 terjadi pada anak. Jadi, menurut Prof Sri Rezeki, kalau ada kasus di atas 100.000, maka 12 persen dari itu merupakan pasien anak dan mereka berusia antara 0-18 tahun.

Prevalensi kasus COVID-19 terhadap anak di 13 negara, ujar dia, memang bervariasi 0,4 persen sampai dengan 13,9 persen, dan yang tertinggi terjadi di India. Sedangkan situasi di Indonesia kurang lebih hampir sama dengan usia 31-45 tahun menjadi yang tertinggi mencapai 29,6 persen, sementara untuk anak usia 0-18 tahun secara total mencapai 12,1 persen dari total kasus 171.755.

"Jadi semakin dewasa, persentasenya semakin meningkat," ujar dia lagi.

Sedangkan untuk mereka yang ada di kisaran usia 19-30 tahun, jumlah kasus COVID-19 mencapai 25 persen, dan mereka yang ada di usia 46-59 tahun mencapai 22,5 persen. Pada usia di atas 60 tahun mencapai 10,8 persen. Data tersebut berasal dari situs COVID19.go.id untuk peta sebaran kasus COVID-19 pada April 2021.
Baca juga: Kasus COVID-19 pada anak cenderung meningkat saat libur panjang
Baca juga: Ahli sarankan lengkapi vaksinasi rutin anak sebelum vaksin COVID-19

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2021