"Sesuai dengan hasil Munas Alim Ulama dan Konbes, muktamar digelar pada tanggal 23—25 Desember 2021 sehingga masa kepemimpinan PBNU berakhir pada tanggal 25 Desember," kata Gus Ipul, sapaan akrab Saifullah Yusuf, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu.
Sesuai dengan Keputusan Munas dan Konbes, jika ada perkembangan pandemi COVID-19 yang tidak memungkinkan dilaksanakannya muktamar pada tanggal 23—25 Desember 2021, penentuan waktu pelaksanaan muktamar diserahkan kepada PBNU.
"Pemerintah berencana menerapkan PPKM Level 3 mulai 24 Desember 2021 sampai 2 Januari 2022 sehingga muktamar pada tanggal 23—25 Desember 2021 jelas tidak mungkin," kata Gus Ipul.
Terkait dengan hal ini, Rais Aam K.H. Miftachul Ahyar telah memerintahkan untuk memajukan muktamar pada tanggal 17 Desember 2021, sementara Ketua Umum lewat Sekjen PBNU menginginkan muktamar dimundurkan pada akhir Januari 2022.
"Jika PBNU gagal mengambil keputusan, periode kepemimpinan PBNU berakhir pada tanggal 25 Desember 2021. Selanjutnya akan terjadi kekosongan kepemimpinan. Maka, yang diperintahkan Rais Aam harus jadi pedoman," kata Gus Ipul.
Sementara itu, Wakil Sekjen PBNU Ishfah Abidal Aziz mengatakan untuk memundurkan atau memajukan muktamar perlu rapat gabungan yang harus dihadiri Rais Aam dan Ketua Umum PBNU.
Jika rapat gabungan tidak terjadi, Muktamar NU wajib digelar sebelum 25 Desember 2021. Selain itu, jika terjadi kebuntuan (deadlock), Rais Aam memiliki hak untuk menentukan kapan muktamar.
"Di dalam AD/ART NU, kepemimpinan tertinggi adalah Syuriah yang dikomandani Rais Aam. Dalam keadaan tertentu, Rais Aam sesuai dengan kewenangannya sebagai pengendali kebijakan umum dapat mengambil keputusan demi keberlangsungan organisasi," kata Ishfah.
Baca juga: Gus Imron Rosyadi nilai surat Rais Aam telah sesuai anggaran dasar
Baca juga: Panitia Muktamar NU kebut kesiapan infrastruktur dan internet
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2021