Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Muhammad Firdaus mengungkapkan tantangan di sektor pertanian di antaranya adalah tingkat produktivitas yang masih rendah.Produktivitas (pertanian) kita untuk perkebunan dan hortikultura itu masih rendah dibandingkan negara-negara seperti Vietnam, Brasil, China
"Produktivitas (pertanian) kita untuk perkebunan dan hortikultura itu masih rendah dibandingkan negara-negara seperti Vietnam, Brasil, China. Tetapi untuk pangan utama, kita sudah rapih," kata Muhammad Firdaus dalam webinar "Potensi Industri Pertanian di Pusaran Pasar Modal" yang dipantau di Jakarta, Kamis.
Muhammad Firdaus menyampaikan tantangan lain yang dihadapi sektor pertanian di dalam negeri adalah proses produksi yang belum efisien. Kemudian rantai pasok juga dinilai belum efisien sehingga menyebabkan harga pangan tidak stabil.
Selanjutnya food loss atau sampah makanan yang berasal dari bahan pangan seperti sayuran, buah-buahan, atau makanan yang masih mentah, namun sudah tidak bisa diolah menjadi makanan dan akhirnya dibuang begitu saja.
Yang terakhir relatif rendahnya kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan banyaknya petani-petani yang telah berusia lanjut. Kata dia, 80 persen petani di Indonesia berusia kurang lebih 45 tahun.
Baca juga: Masalah klasik kian menjerat petani saat pandemi COVID-19
Guru Besar dari Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB itu mengungkapkan perlunya investasi pengolahan hasil pertanian sehingga para petani tidak terbatas pada produksi bahan mentah.
"Itu tadi yang masih perlu ditata, tentu dibarengi dengan digitalisasi. Apabila produktivitas bisa ditingkatkan maka pendapatan petani lebih tinggi dari UMK," ujarnya.
Ia menambahkan sektor pertanian merupakan komoditas penting pada masa dan pasca pandemi COVID-19.
Menurut dia, permintaan kebutuhan pangan tidak turun karena pandemi, tetapi justru meningkat.
"Selama pandemi ini ekspor kita secara total itu menurun, tetapi pertanian malah meningkat. Sehingga dia tetap jadi cadangan devisa," ujar Muhammad Firdaus.
Baca juga: Kementan: cara tradisional tantangan optimalisasi lahan rawa
Pewarta: Adimas Raditya Fahky P
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021