Saat ini pemerintah telah menyiapkan empat strategi untuk mereduksi emisi karbon melalui penerapan teknologi CCUS, pembatasan suar rutin, optimalisasi pemanfaatan gas bumi untuk rumah tangga dan transportasi, serta penurunan emisi metana.
"Pemerintah berencana menerapkan CCUS untuk peningkatan produksi migas dan menyimpan potensi emisi sekitar 48 juta karbondioksida," kata Direktur Pembinaan Program Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Dwi Anggoro Ismukurnianto dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Jumat.
Terdapat tiga lapangan yang telah melakukan uji coba penerapan CCUS yaitu Lapangan Gundih, Sukowati, dan Tangguh.
Pemerintah menargetkan penerapan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCUS) di Lapangan Gundih mulai dilakukan pada 2024 atau 2025, dengan perkiraan karbon yang tersimpan sebanyak 3 juta ton selama 10 tahun.
Sedangkan Lapangan Sukowati dengan target percontohan tahun 2022 sampai 2025 dan target skala penuh tahun 2030, perkiraan potensi emisi mencapai 15 juta karbon dioksida selama 25 tahun.
"Sementara Lapangan Tangguh ditargetkan mulai menerapkan CCUS tahun 2026 dan potensi karbon dioksida yang tersimpan sebanyak 30 juta selama 10 tahun," jelas Ismu.
Baca juga: Menteri ESDM paparkan lima prinsip utama capai nol emisi karbon
Strategi kedua adalah pembatasan suar sesuai regulasi yang tertuang dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 17 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Gas Suar Pada Kegiatan Usaha Migas.
Beberapa poin yang diatur dalam regulasi ini yaitu batasan suar pada kondisi operasi normal di mana untuk lapangan minyak rata-rata harian suar rutin selama enam bulan maksimal 2 MMSCFD.
Untuk lapangan gas, rata-rata harian suar rutin selama enam bulan maksimal 2,0 persen feed gas. Sedangkan kegiatan pengolahan migas tidak diizinkan melakukan suar rutin.
Poin-poin selanjutnya adalah kewajiban membuat rencana pemanfaatan gas suar pada lapangan atau kilang baru, kerja sama pengelolaan gas suar, konsep pelaporan yang lebih komprehensif, serta penerapan sanksi dan pemberian penghargaan.
Strategi ketiga berupa optimalisasi pemanfaatan gas bumi untuk rumah tangga dan transportasi.
Baca juga: Percepat transisi energi RI, pemerintah cetuskan program FIRE
"Pemerintah sejak tahun 2009 telah membangun jaringan gas bumi untuk rumah tangga. Potensi pencapaian penurunan emisi pada kegiatan ini diperkirakan sebanyak 654 ribu ton karbon dioksida pada 2024," kata Ismu.
Sementara potensi pencapaian penurunan emisi pada kegiatan konversi minyak tanah ke elpiji tiga kilogram diperkirakan mencapai 15,39 juta ton karbondioksida pada 2024.
Penggunaan gas alam sebagai bahan bakar angkutan umum diperkirakan sebanyak 178 ribu ton karbondioksida pada 2019.
Strategi keempat adalah upaya penurunan emisi metana. "Saat ini, Indonesia memiliki prioritas untuk membangun database gas rumah kaca termasuk metana yang andal. Hal ini penting bagi Pemerintah untuk membuat identifikasi yang valid dalam mitigasi metana," ungkap Ismu.
Adapun upaya lainnya adalah mengembangkan pedoman dalam pengukuran dan kuantifikasi emisi untuk kegiatan gas rumah kaca dan suar, peningkatan kapasitas pemangku kepentingan, dan transfer teknologi terkait pengurangan emisi dari negara maju.
"Pemerintah juga membuka peluang kolaborasi dengan inisiatif pengurangan emisi metana internasional untuk mencapai penurunan emisi metana yang signifikan di sektor minyak dan gas," ujar Ismu.
Baca juga: IOG 2021 perdalam inisiatif rendah karbon dan migas nonkonvensional
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021