"Wawancara yang dilaksanakan secara daring selama dua hari tersebut diselenggarakan oleh Bundesagentur Fur Arbeit (BA) dan didampingi oleh seorang penerjemah bahasa," kata Kepala UPT BP2MI NTB Abri Danar Prabawa, di Mataram, Jumat.
Ia menjelaskan program G to G Jerman merupakan sebuah program baru dan menjadi peluang baru juga bagi CPMI, khususnya bagi tenaga perawat. Sebab, Jerman sangat membutuhkan tenaga perawat untuk bekerja di rumah sakit dan perawat orang lanjut usia (lansia).
"Sesuai dengan arahan dari BP2MI, kami memberikan sosialisasi kepada seluruh institusi pendidikan perawat di NTB, melalui media sosial dan webinar serta menyiapkan verifikator dan sarana terkait wawancara dengan pihak Jerman," ujarnya.
Baca juga: Tujuan masih tutup, 47 calon pekerja migran Mataram tertunda berangkat
Baca juga: Lebih seratus pekerja migran dari Malaysia tiba di NTB
Abri menambahkan berdasarkan data yang dimiliki oleh UPT BP2MI NTB pada 2020, jumlah lulusan tenaga perawat mencapai 800 orang yang tersebar di berbagai sekolah kesehatan di Pulau Lombok, dan Pulau Sumbawa.
Jumlah tersebut tidak banyak yang terserap, sehingga peluang bekerja sebagai perawat di Jerman, akan menjadi favorit bagi tenaga perawat yang ingin bekerja ke luar negeri.
"Hal itu, juga sesuai dengan sembilan program prioritas BP2MI, yakni penguatan skema penempatan untuk menciptakan PMI terampil dan profesional," ucapnya pula.
Para peserta wawancara program G to G Jerman, berasal dari Pulau Lombok, dan Pulau Sumbawa, NTB, dengan rincian dari Kabupaten Lombok Barat sebanyak tiga orang, Lombok Tengah dua orang, Sumbawa empat orang, dan Kota Mataram satu orang.*
Baca juga: Kemenaker diminta buka kran pengiriman pekerja migran ke Malaysia
Baca juga: Semester I-2021, Pekerja migran NTB sumbang devisa Rp144 miliar
Pewarta: Awaludin
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021