Kedua perusahaan sepakat juga untuk melakukan penelitian dan pengembangan bersama untuk mengatasi permintaan chip kaya fitur yang meningkat guna mendukung industri otomotif.
Lingkup kerja sama ini mencakup solusi semikonduktor untuk ADAS (advanced driver-assistance systems), sistem manajemen baterai, dan jaringan di dalam kendaraan untuk masa depan yang otomatis, terhubung, dan berlistrik.
GF dan Ford juga akan menjajaki peluang manufaktur semikonduktor yang diperluas untuk mendukung industri otomotif.
"Kesepakatan ini baru permulaan, dan bagian penting dari rencana kami untuk mengintegrasikan teknologi dan kemampuan utama secara vertikal yang akan membedakan Ford jauh ke masa depan," kata Jim Farley, Presiden dan CEO Ford, dalam pernyataan resmi, dikutip Minggu.
Kesepakatan dengan Ford, bagi GF merupakan langkah maju dalam memperkuat kerja sama dan kemitraan untuk memacu inovasi, menghadirkan fitur baru lebih cepat, dan memastikan keseimbangan pasokan chip, kata Tom Caulfield, CEO GF.
Kolaborasi strategis Ford dan GF ini tidak melibatkan kepemilikan silang antara kedua perusahaan.
Kekurangan pasokan chip terus berdampak pada industri otomotif dan teknologi, bahkan beberapa produsen mobil terkemuka sempat terpaksa menutup jalur produksi untuk sementara.
Krisis pasokan chip dipicu oleh meningkatnya permintaan komputer pribadi, tablet, dan smartphone selama pandemi COVID-19, di mana kegiatan daring tumbuh pesat karena pembatasan sosial.
Perusahaan analisis IHS Markit mengatakan pada saat itu bahwa kekurangan chip dapat memangkas produksi kendaraan global hampir 700.000 unit dari tahun ke tahun, meskipun angka akhirnya bisa lebih tinggi.
Baca juga: Ford targetkan jadi produsen EV terbesar kedua di dunia
Baca juga: Ford jalin kerjasama dengan perusahaan semikonduktor
Baca juga: Ford rilis "teaser" Ranger sebelum debut
Pewarta: Suryanto
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021