Epidemiolog dari Universitas Andalas (Unand) Sumatera Barat Defriman Djafri, Ph.D mengatakan 3T dan 3M harus terus diperkuat sebagai strategi pengendalian dan pencegahan penularan COVID-19 meski kasus COVID-19 melandai.Justru, kondisi saat melandai ini, kita terus memperkuat 3T dan 3M yang sudah menjadi strategi pengendalian dan pencegahan selama ini
"Justru, kondisi saat melandai ini, kita terus memperkuat 3T dan 3M yang sudah menjadi strategi pengendalian dan pencegahan selama ini," kata Defriman dalam keterangan pers yang diterima ANTARA di Jakarta, Rabu.
Ia menjelaskan 3T adalah pengujian, pelacakan kontak atau kasus dan pengobatan. Sementara, 3M mencakup menggunakan masker, menjaga jarak/mengurangi mobilitas dan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
Vaksinasi COVID-19, kata dia, tidak bisa menjadi satu-satunya upaya dalam menghadapi ancaman varian baru seperti varian Omicron yang menyebar lebih cepat dan dapat menyebar di antara orang-orang yang sudah divaksinasi ganda atau dengan dua dosis.
Ia mengatakan ada mutasi yang sangat ekstensif dan secara signifikan dari sebelumnya, yang mengakibatkan sebagian virus dapat melewati perlindungan vaksin.
Oleh karena itu, deteksi awal secara cepat menjadi salah satu upaya yang penting dengan memasifkan pengujian dan pelacakan kasus-kasus yang ditemukan saat ini untuk menemukan ada tidaknya varian baru.
Dengan kondisi saat ini masih berstatus pandemi COVID-19, yang tidak melihat batas wilayah, maka bisa terjadi potensi gelombang penularan berikutnya, sehingga 3M juga harus terus dilakukan secara ketat sampai pandemi ini benar-benar berakhir.
Untuk itu, 3T harus terus diperkuat bersamaan dengan 3M di tengah peningkatan cakupan vaksinasi dalam mengantisipasi ancaman varian baru dan mencegah serta mengendalikan penularan COVID-19. Itu menjadi kunci dalam melawan COVID-19, demikian Defriman Djafri.
#ingatpesanibu
#sudahvaksintetap3m
#vaksinmelindungikitasemua
Baca juga: Epidemiolog: Pentingnya mewaspadai masuknya Omicron tanpa terdeteksi
Baca juga: Epidemiolog khawatir masyarakat abai protokol kesehatan pascavaksinasi
Baca juga: Epidemiolog ingatkan tidak boleh abai meski kasus COVID-19 melandai
Baca juga: Epidemiolog ingatkan kuartal I 2022 masa rawan bagi Indonesia
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2021