Badan Usaha Milik Negara bidang pertambangan batu bara PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencetak rekor pengumpulan laba bersih sejak perusahaan tersebut berdiri dengan meraup Rp7 triliun per November 2021.Laba ini menjadi keuntungan tertinggi selama PTBA berdiri, sedangkan EBITDA (ukuran kinerja keuangan perusahaan) sudah tembus Rp10 triliun
Direktur Utama PT Bukit Asam (PTBA) Suryo Eko Hadianto Suryo mengatakan, adanya keuntungan ini dapat dijadikan acuan untuk pengembangan usaha di masa mendatang, terutama dalam menunjang rencana transformasi bisnis perusahaan dari bisnis batu bara ke bisnis Energi Baru dan Terbarukan (EBT).
“Laba ini menjadi keuntungan tertinggi selama PTBA berdiri, sedangkan EBITDA (ukuran kinerja keuangan perusahaan) sudah tembus Rp10 triliun,” kata Suryo dalam konferensi pers secara virtual bertema "Langkah dan Strategi Bisnis Transformasi PTBA menuju Bisnis Energi 2026”, Jumat.
Secara praktis dengan EBITDA Rp10 triliun itu, ia melanjutkan, maka perusahaan bisa menarik pinjaman sekitar Rp50-Rp60 triliun untuk digunakan dalam menopang rencana bisnis di masa datang.
Dengan begitu, PTBA sama sekali tidak memiliki keraguan untuk kesiapan dana dalam pengembangan bisnis terutama dalam merambah bisnis energi tahun 2026.
Anggota dari holding BUMN pertambangan MIND ID telah menyiapkan langkah dan strategi untuk mewujudkan visi menjadi perusahaan energi dan kimia kelas dunia yang peduli lingkungan.
Transformasi ini dilakukan untuk mendukung target Net Zero Emission (NZE) di tahun 2060 sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo dan meningkatkan kontribusi perusahaan dalam mendukung ketahanan energi nasional.
Destinasi pertama PTBA adalah menjadi perusahaan berbasis bisnis energi tahun 2026 dengan target pendapatan dari sektor energi sebesar 50 persen dan bisnis batu bara 50 persen.
PTBA memiliki tiga strategi khusus untuk mencapai target transformasi bisnis tahun 2026, yaitu peningkatan portofolio pembangkit listrik berbasis EBT, hilirisasi batu bara dan chemical industry development dengan menyiapkan kawasan ekonomi khusus di Tanjung Enim, Sumatera Selatan sebagai area untuk pengembangan bisnis
Kemudian, PTBA akan menjalankan Carbon Management Program yaitu integrasi target pengurangan karbon dalam operasional pertambangan PTBA.
Kinerja PTBA
PTBA tercatat berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 7,0 triliun sampai dengan November 2021. Pencapaian laba bersih tersebut didukung dengan pendapatan usaha sebesar Rp26,2 triliun. Seiring dengan pencapaian laba bersih tersebut, perusahaan juga mencatat kenaikan total aset dari sebesar Rp 24,1 triliun per 31 Desember 2020 menjadi sebesar Rp35,2 triliun per 30 November 2021 atau naik 46 persen.
Kenaikan laba ini tak lepas dari kinerja produksi batu bara PTBA yang sampai 30 November 2021 mencapai 28,0 juta ton dengan penjualan sebanyak 25,8 juta ton.
Perseroan menargetkan kenaikan volume produksi batu bara dari 24,8 juta ton pada tahun 2020 menjadi 30 juta ton pada tahun 2021.
PTBA juga menargetkan kenaikan porsi ekspor batu bara sebagai upaya pemanfaatan momentum kenaikan harga batu bara internasional. Perusahaan menargetkan porsi ekspor batu bara hingga akhir tahun 2021 bisa mencapai hingga 47 persen.
Untuk menjaga performa hingga akhir tahun, PTBA terus memantau fluktuasi harga komoditas batu bara dengan memanfaatkan momentum kenaikan harga secara optimal, sekaligus tetap waspada untuk menjaga kinerja perusahaan.
Di sisi lain PTBA tetap melakukan upaya efisiensi secara berkelanjutan di setiap lini kegiatan, sebagai langkah antisipasi menghadapi volatilitas harga batu bara. Sehingga, apabila terjadi penurunan harga tidak berdampak signifikan pada kinerja perseroan dan tetap dapat membukukan kinerja positif, kata Dirut PTBA.
Baca juga: Bukit Asam kebut pengerjaan proyek energi baru terbarukan
Baca juga: Bukit Asam targetkan produksi batu bara 37 juta ton 2022
Baca juga: KPK dan PTBA perkuat pencegahan korupsi wujudkan korporasi yang bersih
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021