"Mari ke depan kita ciptakan alam demokrasi yang lebih baik, kebebasan berekspresi, kebebasan mengkritik, kebebasan berpendapat. Yang memang itu dilindungi oleh Konstitusi. Dan ini harus kita jaga," kata Sigit menutup Lomba Orasi Unjuk Rasa Piala Kapolri 2021 dalam rangka memperingati momentum Hari Hak Asasi Manusia (HAM) Sedunia, di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, Jumat.
Sigit menilai, penyelenggaraan lomba orasi hari ini, membuktikan bahwa Indonesia yang menganut sistem demokrasi, menghargai kebebasan menyampaikan pendapat dan ekspresi dari masyarakat luas.
Untuk itu, Sigit berharap, lomba orasi ini dapat direfleksikan kepada seluruh pemangku kepentingan, termasuk Polri, dengan menyerap seluruh aspirasi dari masyarakat.
"Harus dipahami seluruh masyarakat Bangsa Indonesia. Tentunya seluruh pemangku kepentingan, termasuk di dalamnya adalah Polri yang selalu berhadapan setiap hari dengan unjuk rasa," ujar jenderal bintang empat tersebut.
Sigit pun memastikan, selama penyampaian aspirasi berjalan sesuai aturan dan perundang-undangan, maka personel kepolisian harus memastikan kegiatan unjuk rasa itu berjalan dengan baik.
"Kewajiban bagi seluruh anggota Polri untuk amankan agar pelaksanaan kegiatan penyampaian pendapat dimuka umum betul-betul bisa terselenggara dengan baik," kata mantan Kabareskrim itu.
Baca juga: Mahasiswa Unesa bawa pulang Rp175 juta Lomba Orasi Unjuk Rasa Polri
Baca juga: Kapolri: Lomba orasi komitmen Polri junjung tinggi HAM dan demokrasi
Menurut dia, iklim demokrasi di Indonesia semakin hari makin baik. Oleh karena itu, tren positif tersebut harus tetap dipertahankan dengan memberikan wadah atau ruang dalam penyampaian pendapat dan aspirasi.
"Saya pesankan di sini adalah, bagaimana kemudian di alam demokrasi makin hari makin baik ini, maka kebebasan menyampaikan ekspresi, kritik, dan aspirasi betul-betul bisa berjalan dengan baik," ujar Sigit menuturkan.
Kapolri menekankan, penyampaian aspirasi yang baik adalah terlepas dari segala bentuk kepentingan segelintir kelompok yang kerap memanfaatkan situasi dan kondisi. Sehingga, penyampaian aspirasi tidak akan terganggu dengan "noise" (kebisingan) yang dapat menghambat pesan dari masyarakat itu sendiri.
"Dengan begitu, para pengambil keputusan, pemangku kebijakan, mendengarkan dengan jelas, kemudian segera bisa ditindaklanjuti pesan tersebut tanpa terganggu oleh noise-noise tersebut," papar dia.
Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Ahmad Taufan Damanik mengapresiasi Kapolri yang telah memberikan ruang atau wadah kepada masyarakat menyampaikan pendapat dengan menggelar lomba orasi.
Ahmad Taufan menyebut, kegiatan ini diharapkan bisa membuat aparat kepolisian semakin profesional dalam penanganan demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa dan masyarakat.
Ia juga mengajak seluruh pihak untuk menghormati juga anggota kepolisian yang melakukan pengamanan unjuk rasa, sebagai bagian dari Bangsa Indonesia yang ingin membangun negeri ini.
Baca juga: Kapolri: Lomba Orasi Unjuk Rasa ajang edukasi dan sosialisasi HAM
"Tentu kita bersama-sama berjanji membangun bangsa kita untuk menjadi bangsa besar, bangsa yang menghormati norma hak asasi manusia dan martabat kemanusiaan serta kemajuan kita bersama," kata Ahmad Taufan.
Dalam lomba orasi ini melahirkan enam pemenang yang terdiri dari Juara I hingga III dan Juara Harapan I sampai dengan III.
Adapun rinciannya;
- Juara I disabet oleh Tim Aman Kesal Unesa, Jawa Timur yang mengusung tema anti perundungan dan kekerasan seksual
- Juara II Tim Sembur Paus dari NTT dengan tema hak adat dalam cengkeraman negara
- Juara III Tim Pemberantasan Tikus dari Sumatera Barat dengan tema koruptor dan pelakor
- Juara Harapan I Tim Justisia dari Maluku Utara dengan tema kekerasan seksual terhadap perempuan
- Juara Harapan II Tim Lingkar Hijau dari Sulawesi Selatan dengan tema orasi humanis HAM
- Juara Harapan III Tim Uniba dari Kalimantan Timur yang mengusung tema memperingati hari HAM.
Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2021