"Jika gempa dengan magnitudo 5 saja sudah membuat bangunan rumah pada rusak, terus bagaimana jika gempa yang terjadi memiliki magnitudo 6, 7, dan 8?" ujar dia dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat.
Dia mengatakan banyaknya kerusakan bangunan rumah akibat gempa Jember bermagnitudo 5 menunjukkan mitigasi struktural terkait dengan kualitas bangunan tahan gempa dan aman gempa belum berjalan dengan baik.
Oleh karena itu, diperlukan evaluasi dan penilaian pada seluruh bangunan di setiap daerah rawan gempa.
"Jika belum mampu membangun bangunan rumah tahan gempa, maka sebagai alternatif bangunlah rumah ramah gempa berbahan ringan, bisa terbuat dari kayu dan bambu yang didesain menarik. Yang penting bukan rumah tembok asal bangun, tanpa ada besi tulangan dengan kualitas tembok yang buruk yang membahayakan penghuninya," kata Daryono.
Baca juga: Belasan rumah warga di Jember rusak akibat gempa bumi
Dia menambahkan bahwa gempa sebenarnya tidak membunuh atau melukai, tetapi rumah yang roboh saat diguncang gempa menjadi penyebabnya.
Oleh karena itu, solusi utama terkait dengan mitigasi gempa merealisasi bangunan tahan gempa atau ramah gempa.
Kabupaten Jember pada Kamis (16/12) diguncang gempa bermagnitudo 5 menyebabkan lebih dari 38 rumah rusak.
Episenter lokasi gempa dekat dengan gempa merusak di Jember pada 1967 dengan guncangan mencapai skala intensitas VIII-IX MMI hingga menyebabkan banyak rumah rusak berat saat itu.
Baca juga: Empat warga Jember terluka akibat gempa bumi bermagnitudo 5,1
Baca juga: Gempa menyebabkan 29 rumah rusak di lima kecamatan di Kabupaten Jember
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021