Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo meminta Inspektorat Pengawasan Umum (Itwasum) melakukan pengawasan melekat dalam mewujudkan postur kepemimpinan Polri sesuai harapan serta menghilangkan budaya kepemimpinan yang keliru.Pilihannya satu, harus keluar dari zona nyaman sehingga Polri bisa menjadi organisasi modern.
"Tolong bantu mengawasi terhadap budaya-budaya kepemimpinan yang keliru. Harapan saya adalah pimpinan yang melayani, bukan pemimpin yang dilayani," kata Sigit ketika memberikan arahan dalam kegiatan Rapat Koordinasi Analisis dan Evaluasi Itwasun Polri 2021 di Yogyakarta, yang disiarkan secara langsung dari YouTube Divisi Humas Polri, dipantau dari Jakarta, Jumat.
Sigit mengharapkan para kapolsek, kapolres, kapolda, dan lainnya mampu melaksanakan kepemimpinan sesuai dengan harapan, serta mampu memberikan pelayanan untuk bisa mencapai visi dan misi organisasi Polri.
Ia mencontohkan seorang pemimpin harus sering turun ke lapangan agar memahami betul situasi yang terjadi di lapangan sehingga tidak salah dalam mengambil keputusan.
"Pemimpin harus memahami anggotanya dan kesulitan anggotanya sehingga ketika memberikan tugas tidak keliru," ujar Sigit.
Pemahaman kepemimpinan yang diharapkan, kata Sigit, harus terus ditanamkan. Hal itu menjadi tugas Itwasum sebagai divisi pengawasan internal Polri.
Sigit mengatakan bahwa peran Itwasum ibarat "wasit" layaknya dalam pertandingan sepak bola, membawa organisasi Polri berjalan sesuai dengan aturan dan di jalurnya sehingga menjadi harapan masyarakat.
Baca juga: Kapolri minta jajaran waspadai penyebaran Omicron
Sebagai organisasi yang besar, Polri dengan personel yang banyak menghadapi tantangan tugas dengan berbagai dinamika pada era keterbukaan informasi publik.
"Akhir-akhir ini banyak sekali muncul fenomena di media sosial, ini menjadi bagian dari yang harus dicermati," kata Sigit.
Fenomena yang dimaksud adalah munculnya tanda pagar (tagar/#) #PercumaLaporPolisi, kemudian tagar #1Hari1Oknum dan terbaru #NoViralNoJustice.
Jenderal bintang empat itu mengatakan bahwa fenomena-fenomena itu menjadi bagian tugas jajaran Itwasun Polri untuk mengevaluasi apakah terjadi di sisi manajemen organisasi atau perilaku individu anggota Polri.
"Ini harus diperbaiki," kata Kapolri.
Besarnya tantangan tugas dan fungsi yang dihadapi Polri, mantan Kabareskrim Polri itu juga meminta jajarannya keluar dari zona nyaman, menjadi pimpinan Polri (kapolsek, kapolres, dan kapolda) yang mewujudkan Polri sebagai organisasi yang modern.
"Pilihannya satu, harus keluar dari zona nyaman sehingga Polri bisa menjadi organisasi modern, jadi harapan organisasi dan harapan masyarakat," kata Sigit.
Kapolri menekankan ada tiga kompetensi yang harus melekat dalam diri personel Polri sebagai perwujudan dari transformasi Polri yang Presisi, yakni kompetensi etik, teknis, dan kepemimpinan.
Sigit tidak meragukan kompetensi teknis dan kepemimpinan personel Polri. Namun, pada kompetensi etik yang sejatinya sudah ditanamkan sejak dini dihadapkan dengan doktrin-doktrin yang kemudian bertentangan dengan etik yang harusnya dilaksanakan sehingga terjadi zona-zona nyaman.
"Ini yang harus diubah, tolong ini dijadikan tanggung jawab rekan-rekan untuk mampu memahami tiga kompetensi ini," kata Kapolri.
Baca juga: Kapolri instruksikan para kapolda mengawal investasi
Baca juga: Kapolri ingatkan vaksin dan prokes tangkal varian baru COVID-19
Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2021