• Beranda
  • Berita
  • Tiga guru besar IPB University sampaikan orasi ilmiah

Tiga guru besar IPB University sampaikan orasi ilmiah

18 Desember 2021 20:56 WIB
Tiga guru besar IPB University sampaikan orasi ilmiah
Tangkapan layar - Tiga guru besar IPB menyampaikan orasi ilmiah pada sidang terbuka di kampus IPB Dramaga Bogoe, Sabtu (18/12/2021). ANTARA/Riza Harahap.
Tiga guru besar tetap IPB University menyampaikan orasi ilmiah pada sidang terbuka secara hybrid dari kampus IPB di Dramaga Bogor, Sabtu.

Ketiga guru besar yang menyampaikan orasi ilmiah adalah, yakni Prof Dr Ir Dede Robiatul Adawiyah, MSi, dengan orasi ilmiah berjudul "Peranan Ilmu Sensori dalam Pengembangan Produk di Industri Pangan".

Selain itu, Prof Dr Ir Tania June, MSc, dengan judul orasi ilmiah "Metode Evaluasi Status Air Wilayah Pertanian berdasarkan Partisi Radiasi Netto menjadi Bahang Laten (Latent Heat) dan Bahang Terasa (Sensible Heat): Studi Kasus Food Estate Indonesia".

Kemudian, Prof Dr Drs Jaharuddin, MS, menyampaikan orasi ilmiah berjudul "Kontribusi Pemodelan Matematika untuk Menjelaskan Sains".

Sidang terbuka orasi ilmiah dipimpin oleh Ketua Dewan Guru Besar (DGB) IPB University Prof Dr Ir Evy Damayanthi serta dihadiri oleh pimpinan dan anggota Dewan Guru Besar IPB, pimpinan dan anggota Majelis Wali Amanat IPB, pimpinan dan anggota Majelis Senat Akademik IPB serta para wakil rektor, dekan dan undangan.

Baca juga: Alumni IPB bagikan beasiswa pada perayaan reuni perak

Profesor Dede Adawiyah dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dalam orasi ilmiahnya menyatakan, ilmu sensori merupakan bagian dari ilmu pangan yang mempelajari respon manusia terhadap stimulus berupa produk pangan menggunakan panca indra yang dimilikinya.

Menurut dia, ilmu sensori menggunakan evaluasi sensori sebagai metode analisis utama. Ilmu sensori juga menggunakan metode analisis fisikokimia, fisiologis dan metode riset berbasis konsumen agar mampu menjawab pertanyaan dalam cakupan yang lebih luas terkait dengan ilmu pangan dan kebutuhan industri pangan.

Atribut sensori produk pangan yang diterima oleh sistem panca indra manusia, kata dia, meliputi atribut visual yang diterima oleh indra penglihatan (mata), atribut flavor (aroma dan rasa), tekstur dan sifat auditori atau suara produk pangan.

Flavor dan tekstur merupakan atribut mayor pada produk pangan dan banyak dikorelasikan dengan pengukuran fisik dan kimia menggunakan berbagai metode analisis dan instrumen ukur.

"Sampai saat ini dikenal sekitar lebih dari 25 jenis metode uji sensori yang dapat dipilih sesuai tujuan pengujian," kata Prof Dede.

Baca juga: Itera kerja sama penguatan dosen dan riset dengan IPB University
Tangkapan layar - Guru besar IPB Prof Dede Adawiyah menyampaikan orasi ilmiah pada sidang terbuka di kampus IPB Dramaga Bogoe, Sabtu (18/12/2021). (ANTARA/Riza Harahap)

Sementara itu, Profesor Tania June dari Departemen Meteorologi dan Geofisika FMIPA dalam orasi ilmiahnya menyatakan, Indonesia saat ini mengembangkan program "food estate" di beberapa daerah untuk menjaga ketahanan dan kemandirian pangan nasional.

Pengembangan "food estate" yang menggunakan lahan dalam skala besar, kata dia, maka ketersediaan air dan kesesuaian lahan merupakan hal vital karena dapat menentukan produksi primer.

Prof Tania menjelaskan, penentuan ketersediaan air di lahan berskala besar, penentuannya tidak cukup hanya dari curah hujan, karena tidak dapat memberikan informasi secara tepat respon biogeofisika dan biogeokimia, yang menunjukkan "performance" lahan dalam menggunakan energi matahari untuk produktivitas primernya.

Menurut dia, hasil interaksi ini dapat dikuantifikasi dan dijelaskan dengan baik oleh dua parameter yakni penggunaan energi untuk penguapan air atau LE serta penggunaan energi untuk memanasi utara atau H. LE dan H menggunakan 80-90 persen energi matahari yang tersedia.

"Antara kedua selalu terjadi 'switching' penggunaan energi, tergantung dari ketersediaan air serta dapat mempengaruhi respons fotosintesis ekosistem," katanya.

Baca juga: Guru Besar IPB: Analisis risiko penting cegah korupsi pengelolaan SDA

Kemudian, Profesor Jaharuddin dari Departemen Matematika dalam orasinya menyampaikan, ilmu matematika dapat dijadikan permodelan di bidang sains dan teknologi.

Menurut dia, ada dua bentuk pemodelan matematika yang menjadi perhatian, yakni fenomena gelombang internal dan kompleksitas penyebaran penyakit menular.

Pada fenomena gelombang internal, kata dia, pemodelan matematika digunakan untuk memprediksi nilai dari parameter-parameter gelombang. "Prediksi yang dihasilkan dari parameter-parameter ini menjadi dasar dalam upaya mengantisipasi risiko yang mungkin muncul akibat fenomena ini," katanya.

Pada masalah penyebaran penyakit menular, kata dia, pemodelan matematika dapat menjadi acuan untuk merumuskan suatu rekomendasi berdasarkan potensi kondisi yang terjadi di masa yang akan datang serta menjadi alat untuk mensimulasikan strategi dalam penanganan penyebaran penyakit.

Pewarta: Riza Harahap
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2021