"Untuk mencapai kekebalan kelompok harus termasuk anak. Karena tidak dibatasi hanya dewasa saja," kata Sri Rezeki Hadinegoro dalam dialog produktif "Vaksinasi Aman untuk Anak" yang diikuti dari YouTube FMB9 di Jakarta, Senin.
Sri mengatakan ITAGI telah memperoleh banyak pertanyaan masyarakat seputar pentingnya vaksinasi COVID-19 pada kelompok usia 6-11 tahun.
Dia membenarkan bahwa COVID-19 pada anak kerap tidak menunjukkan gejala atau bergejala ringan, tapi kelompok anak dengan komorbid berisiko mengalami gejala berat.
"Kalau lihat penyakitnya, anak 6-11 tahun gejalanya ringan, bahkan kadang tidak bergejala. Tapi ingat, kadang bisa berat, khususnya yang punya komorbid, seperti diabetes, asma dan lainnya kalau kena COVID-19 bisa berat," katanya.
Selain itu, gejala ringan COVID-19 pada anak juga berisiko menularkan virus kepada orang di sekitar. "Kalau anak ini tidak divaksin bisa jadi sumber penularan juga. Apalagi masih ada kebiasaan orang-orang memeluk, menggendong anak. Itu rawan menular bila si anak tanpa gejala," katanya.
Baca juga: Dalam sepekan 500.000 lebih anak usia 6-11 tahun telah menerima vaksin
Sri mengatakan keuntungan vaksinasi pada anak tidak hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga memberi perlindungan kepada orang lain.
Baca juga: Anak-anak usia 6-11 tahun itu antusias divaksinasi COVID-19
"Ini anak SD, mereka harus dipersiapkan untuk pembelajaran tatap muka. Anak-anak harus punya imun agar tidak menulari yang lain, apalagi terjadi klaster," katanya.
Baca juga: IPA apresiasi Indonesia untuk vaksinasi anak 6-11 tahun
Sri menambahkan vaksinasi dan protokol kesehatan 5M adalah pasangan serasi. "Kalau hanya salah satu saja, penularan memang berkurang, tapi virus masih bisa hidup di tempat yang belum divaksin. Ini harus hati-hati," katanya.
#ingatpesanibu
#sudahvaksintetap3m
#vaksinmelindungikitasemua
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021