Pemerintah meluncurkan program vaksinasi anak usia 6 tahun hingga 11 tahun pada Selasa (14/12) lalu. Jumlah sasaran program vaksinasi tersebut mencapai 26,5 juta anak.
Tepat sepekan pelaksanaan program vaksinasi untuk anak, Kementerian Kesehatan menyatakan sebanyak 500.000 anak usia 6 hingga 11 tahun telah divaksinasi.
Seorang wali murid dari Global Sevilla Pulomas, Purborini Sulistiyo, mengatakan program vaksinasi tersebut memberikan rasa aman pada orang tua dan juga siswa dalam mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM) secara lebih aman dan juga optimal.
"Kami berharap setelah vaksinasi anak usia 6 sampai 11 tahun ini, pembelajaran di sekolah bisa dilaksanakan lebih lama, dan tentunya kita terus mendorong para orang tua untuk lebih percaya, Selama ini, proses pembelajaran yang diselenggarakan tetap mengikuti aturan pemerintah, yang mana dilakukan secara hibrida, dengan kuota tatap muka sebanyak 50 persen,” kata Rini.
Program vaksinasi tersebut diselenggarakan juga bertepatan dengan munculnya varian Omicron di Tanah Air. Adanya program vaksinasi tersebut membuat orang tua yakin anak-anaknya sudah terlindungi.
Rini menjelaskan bahwa sekolah telah memiliki sistem belajar yang mumpuni. Dengan demikian, dipastikan semua siswa tidak mengalami learning loss.
"Kalau dari sisi akademis kita tidak terlalu tertinggal jauh, karena semua kriteria ketuntasan itu kita penuhi. Tapi yang kita rasakan itu justru di sisi sosialnya," katanya.
Pendidikan itu sejatinya bukan semata tentang akademis, tapi juga soal karakter dan kehidupan sosial. Oleh karena itu, ke depan setelah adanya program vaksinasi anak, sekolah-sekolah diperkenankan untuk lebih luas dalam menyelenggarakan pembelajaran tatap muka.
Kepsek SD Global Sevilla Pulomas, Maya Kriplani, mengatakan sekolahnya segera merespon secara cepat begitu pemerintah menawarkan program vaksinasi bagi siswa usia 6 tahun hingga 11 tahun.
“Kami pikir kapan lagi dan sebagai kepsek SD, bagi saya ini layaknya mimpi yang menjadi kenyataan. Untuk melihat siswa saya terlindungi dari COVID-19. Saya juga sebagai seorang nenek merasa nyaman dengan program vaksinasi ini,” kata Maya.
Untuk tahap awal program vaksinasi COVID-19 di sekolahnya sudah menjangkau sebanyak 175 siswa dari 290 siswa, Pihaknya berharap siswa yang belum mendapatkan vaksinasi dapat segera melakukan vaksinasi, sehingga dapat terlindungi.
Jika semua siswa telah mendapatkan vaksinasi, Maya berharap pelaksanaan PTM dapat dilakukan dengan durasi yang lebih lama dan sering. Dibandingkan saat ini yang hanya satu atau dua kali dalam sepekan.
Menurut Maya, dari sisi akademik tak ada masalah karena siswa menguasai materi yang diberikan secara daring. Namun, yang menjadi perhatian adalah sulitnya bersosialisasi.
“Kebutuhan akan interaksi sosial itu yang tidak bisa digantikan dengan pembelajaran daring. Saat ini saja, anak-anak sangat senang belajar di sekolah. Meskipun hanya satu kali dalam sepekan.” kata Maya.
Maya berharap ke depan, semua siswa jenjang SD mendapatkan vaksinasi. Sehingga bisa menyelenggarakan pembelajaran di sekolah dengan durasi yang lebih lama dan juga lebih sering belajar di sekolah.
“Kami mengucapkan terimakasih atas kepedulian pemerintah yang sangat peduli dengan perlindungan anak dari COVID-19, karena mereka ini sangat membutuhkan perlindungan,” ujar Maya.
Baca juga: Dinkes: 92.635 anak di Purbalingga segera divaksinasi COVID-19
Baca juga: 144 siswa disabilitas ikut program vaksinasi anak di Jakbar
Lebih terlindungi
Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) meminta agar program vaksinasi COVID-19 untuk anak usia 6 tahun hingga 11 tahun dapat berjalan lancar.
Koordinator P2G, Satriwan Salim, mengatakan pihaknya mengapresiasi program vaksinasi tersebut, meskipun dilakukan pada saat PTM terbatas telah dimulai pada awal semester. Menurut Satriwan, pemerintah dan sekolah perlu meyakinkan orang tua anak 6 tahun -11 tahun agar mereka bersedia anaknya divaksinasi.
“Untuk itu dibutuhkan informasi yang utuh dari pemerintah dan sekolah kepada orang tua agar mereka bersedia anaknya divaksinasi,” ucap Satriwan.
Meski anak usia 6 tahun hingga 11 tahun dapat divaksinasi, Satriwan mendorong agar metode pembelajaran bauran atau hibrida lebih dioptimalkan. PTM Terbatas tetap dapat dilaksanakan dengan catatan pengawasan ketat dari Pemda terhadap sekolah dalam pelaksanaan PTM terbatas.
“P2G masih menemukan rata-rata terjadi pelanggaran protokol kesehatan di semua daerah, baik yang dilakukan guru maupun siswa. Faktor rendahnya pengawasan, kesadaran, dan rendahnya teladan ketaatan protokol kesehatan dari masyarakat menjadi penyebabnya,” kata Satriwan.
P2G meminta pemerintah harus intens menyosialisasikan manfaat vaksinasi anak 6 tahun hingga 11 tahun pada orang tua murid, agar dilakukan secara maksimal.
Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbudristek Jumeri mendorong agar terjadinya optimalisasi PTM terbatas.
"Vaksinasi menjadi modal besar untuk mempercepat pemulihan pembelajaran di masa pandemi COVID-19,” kata Jumeri.
Pandemi COVID-19 menyebabkan anak-anak Indonesia sudah terkunci selama hampir dua tahun dan terpaksa harus melaksanakan pembelajaran jarak jauh dari rumah.
Akibatnya banyak terjadi penurunan capaian hasil belajar pada anak-anak. Oleh karena itu pemerintah ingin agar segera terjadi pemulihan pembelajaran dengan dilaksanakannya pembelajaran tatap muka secara langsung.
Jumeri mengatakan vaksinasi memang tidak menjadi syarat untuk penyelenggaraan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas, tetapi vaksinasi mendukung keamanan dan keselamatan anak-anak agar bisa melaksanakan pembelajaran dengan baik secara langsung di sekolah.
Walaupun bukan menjadi syarat pembelajaran untuk pembelajaran tatap muka terbatas, vaksinasi ini adalah modal besar untuk menjaga keamanan dan keselamatan anak-anak dalam mengikuti pembelajaran tatap muka tersebut.
"Jadi ini mohon menjadikan pemahaman kita bersama serta mohon dukungan kepada semua pihak agar proses vaksinasi ini berjalan dengan baik,” ujar Jumeri lagi.*
Baca juga: Anggota DPR imbau semua pihak dukung program vaksinasi COVID-19
Baca juga: Ketua ITAGI kemukakan alasan pelaksanaan vaksinasi anak di sekolah
Pewarta: Indriani
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021