Mengutip Tourism Teacher pada Jumat, konsep revenge tourism pertama kali muncul pada tahun 2020. Pandemi COVID-19 menutup sebagian besar bisnis di sektor perjalanan dan pariwisata, perbatasan antarnegara ditutup di seluruh dunia, lockdown, hingga persyaratan karantina yang berulang membuat orang memiliki sangat sedikit kesempatan untuk bepergian.
Akibat dipaksa tinggal di satu tempat begitu lama, orang-orang mulai 'ingin balas dendam'. Orang ingin/ingin menebus waktu yang hilang. Mereka ingin melakukan perjalanan yang terpaksa mereka batalkan pada 2019. Mereka ingin mengunjungi kerabat binaan mereka. Mereka ingin melihat dunia yang telah lama mereka tinggalkan.
Untuk itu, penting bagi pelaku wisata untuk mempersiapkan diri menyambut tren ini.
"Beberapa strategi pun dipersiapkan dan sudah terlaksana, dalam menyambut tren revenge tourism yang diprediksi akan terjadi di tahun 2022," kata Director of Hotel Partners RedDoorz Indonesia, Yudhistira melalui keterangannya.
Baca juga: Teknologi canggih sepanjang 2021, metaverse sampai wisata luar angkasa
Lebih lanjut, bagi para pelaku hospitality seperti RedDoorz, Yudhistira melihat bahwa era digitalisasi saat ini tentu penting bagi para pemilik properti untuk memahami digital marketing.
Selain karena anggaran yang diperlukan lebih terjangkau dan dapat menjangkau lebih banyak orang, strategi digital marketing dapat memudahkan para calon konsumen untuk mendapat informasi yang lebih jauh dan memahami produk/jasa yang ditawarkan tersebut.
Tidak hanya membantu mempromosikan properti, RedDoorz juga membantu para pemilik properti untuk melatih karyawan mereka, membantu manajemen hotel mempromosikan properti mereka melalui sistem informasi yang mutakhir hingga bekerja sama dengan berbagai Online Travel Agent (OTA) sehingga memudahkan bagi masyarakat untuk reservasi kamar yang diinginkan.
RedDoorz juga berkolaborasi dengan pemerintah dalam berbagai program, dalam upaya membantu pemulihan ekonomi nasional lewat industri pariwisata. Salah satunya yaitu program mobil vaksin keliling.
Program tersebut didukung oleh RedDoorz sebagai bentuk nyata terhadap aksi pemerintah dalam meningkatkan angka penerima vaksinasi, yang merupakan salah satu kunci penting untuk mencapai herd immunity dan memulihkan industri pariwisata serta perhotelan.
Baca juga: Konsultan: Persiapkan fenomena "revenge tourism" saat pulih pandemi
Baca juga: FPKS-FPSI: Wisata air Surabaya harusnya terintegrasi transportasi air
Baca juga: Serba-serbi wisatawan Indonesia sepanjang 2021
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021