Sekretaris Jenderal Perhimpunan Peternak Unggas Nusantara Kadma Wijaya mengatakan bahwa naiknya harga telur ayam ras dalam beberapa hari terakhir dikarenakan permintaan yang mulai naik, baik secara individu, maupun tempat-tempat hiburan.
"Permintaan naik, pembuatan kue mulai banyak, sudah mulai aktivitas tempat hiburan, dan pusat perbelanjaan sudah ramai," kata Kadma dihubungi Antara di Jakarta, Senin.
Selain itu, Kadma menyampaikan bahwa adanya bantuan sosial telur juga disebut menjadi pendorong naiknya harga telur yang di beberapa wilayah mencapai Rp34.000 per kilogram.
Kadma menambahkan produksi peternak mandiri yang berkurang 50 - 60 persen akibat kerugian yang diderita saat harga telur anjlok pada Juli lalu juga menicu naiknya harga telur.
Baca juga: Pedagang di Slipi Jakbar keluhkan kenaikan harga cabai dan telur
"Produksi menurun karena akibat dampak kerugian yang diderita sejak harga telur yang murah akhir Juli lalu," tukas Kadma.
Turunnya produk telur tersebut juga dikarenakan kualitas pakan yang kurang baik akibat sulitnya mendapatkan pakan jagung.
Menurut Kadma, peternak berharap agar harga telur stabil di tingkat peternak maupun konsumen. Namun, ia meminta pemerintah untuk tetap memerhatikan peternak telur.
"Harapan dari peternak inginnya harga telur stabil ditingkat peternak maupun ditingkat konsumen, kuncinya ada di pemerintah. Agar pemerintah ada kemauan untuk melindungi rakyatnya," pungkas Kadma.
Baca juga: Pinsar: konsumsi ayam-telur Indonesia rendah dibanding negara tetangga
Baca juga: Pinsar : Presiden minta harga pakan jagung ke peternak Rp4.500
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2021