Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bintang Puspayoga menegaskan tidak boleh ada satupun perempuan yang mengalami kekerasan.perjalanan kita masih panjang
"Meskipun data menggambarkan prevalensi kekerasan terhadap perempuan dan anak menurun, namun angkanya masih memprihatinkan. Artinya, kita tidak boleh berpuas hati dan berhenti di sini saja. Perjalanan kita masih panjang. Seharusnya tidak boleh ada satu pun anak dan perempuan yang mengalami kekerasan, apapun alasannya," ujar Menteri Bintang melalui siaran pers, Jakarta, Selasa.
Kemen PPPA telah merilis hasil Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional (SPHPN) Tahun 2021. Secara umum hasil SPHPN Tahun 2021 menunjukkan adanya penurunan prevalensi kekerasan terhadap perempuan dibandingkan tahun 2016.
Pihaknya telah melakukan berbagai upaya pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap perempuan yang dilakukan secara lintas sektor, mulai dari tingkat keluarga, masyarakat, pemerintah daerah serta Kementerian/ Lembaga di tingkat pusat.
Baca juga: KPPA sebut pentingnya sinergi semua cegah kekerasan perempuan-anak
Baca juga: Yogyakarta diharapkan menjadi model pencegahan dan penanganan KDRT
Beberapa upaya yang telah dilakukan oleh Kemen PPPA, diantaranya kampanye program Three Ends, Gerakan Bersama Stop Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) hingga pengembangan model Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA).
Sementara Kepala Badan Pusat Statistik Margo Yuwono mengatakan persoalan kekerasan terhadap perempuan dan anak merupakan tanggung jawab banyak pihak, termasuk masyarakat.
Menurutnya, keselamatan dan keamanan perempuan dan anak menentukan kesejahteraan serta kekuatan bangsa.
"Komitmen terhadap keselamatan bagi perempuan dan anak tertuang dalam program prioritas Pemerintah Indonesia Tahun 2020-2024, yaitu pentingnya peningkatan kualitas anak, perempuan, dan pemuda," katanya.
Ada dua indikator yang menjadi ukuran capaian dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, yaitu prevalensi kekerasan terhadap perempuan setahun terakhir dan prevalensi anak yang pernah mengalami kekerasan sepanjang hidupnya.
"Oleh karena itu, untuk melihat capaian dari program pemerintah, maka diperlukan indikator yang dapat menggambarkan progres peningkatan kualitas anak, perempuan, dan pemuda," tutur Margo.
Baca juga: Menteri: Pemda tangani komprehensif kasus kekerasan perempuan-anak
Beberapa upaya yang telah dilakukan oleh Kemen PPPA, diantaranya kampanye program Three Ends, Gerakan Bersama Stop Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) hingga pengembangan model Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA).
Sementara Kepala Badan Pusat Statistik Margo Yuwono mengatakan persoalan kekerasan terhadap perempuan dan anak merupakan tanggung jawab banyak pihak, termasuk masyarakat.
Menurutnya, keselamatan dan keamanan perempuan dan anak menentukan kesejahteraan serta kekuatan bangsa.
"Komitmen terhadap keselamatan bagi perempuan dan anak tertuang dalam program prioritas Pemerintah Indonesia Tahun 2020-2024, yaitu pentingnya peningkatan kualitas anak, perempuan, dan pemuda," katanya.
Ada dua indikator yang menjadi ukuran capaian dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, yaitu prevalensi kekerasan terhadap perempuan setahun terakhir dan prevalensi anak yang pernah mengalami kekerasan sepanjang hidupnya.
"Oleh karena itu, untuk melihat capaian dari program pemerintah, maka diperlukan indikator yang dapat menggambarkan progres peningkatan kualitas anak, perempuan, dan pemuda," tutur Margo.
Baca juga: Menteri: Pemda tangani komprehensif kasus kekerasan perempuan-anak
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021