"Berdirinya Pita Putih Indonesia dilatarbelakangi karena tingginya angka kematian ibu melahirkan dan bayi baru lahir, prevalensi anemia, malnutrisi, tingkat prevalensi kontrasepsi yang rendah dan perkawinan anak di Indonesia. Oleh karena itu, dianggap perlu adanya organisasi yang dapat mengatasi masalah yang dialami oleh perempuan dan anak-anak Indonesia," kata Giwo melalui siaran pers, Jakarta, Minggu.
Baca juga: BKKBN: Telat datang ke faskes sebabkan tingginya angka kematian ibu
Giwo menjelaskan PPI menyatukan individu, organisasi dan masyarakat yang bekerja sama untuk mengupayakan agar kehamilan dan persalinan aman bagi setiap perempuan.
Pihaknya mengatakan PPI bercita-cita agar semua perempuan dan anak menyadari hak mereka atas kesehatan yang berkualitas.
"Pita Putih Indonesia mengusung visi dan misi bahwa semua perempuan dan anak perempuan menyadari hak mereka atas kesehatan yang berkualitas," katanya.
Baca juga: Pita Putih : Edukasi laki laki untuk tingkatkan kualitas kesehatan ibu
Giwo menambahkan PPI berkomitmen untuk berkontribusi langsung untuk menurunkan angka kematian ibu, angka kematian neonatal dan menurunkan kematian anak di bawah lima tahun hingga tahun 2030.
Menurut dia, PPI terus mengedukasi masyarakat dengan memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi dan hak-hak perempuan dan anak perempuan.
Baca juga: USAID-Pemrov Sumut kerja sama turunkan angka kematian ibu dan bayi
"Target yang ingin dicapai oleh PPI pada tahun 2030, yaitu menjangkau 500.000 perempuan, laki-laki dan remaja di lima provinsi dengan menginformasikan kesehatan reproduksi dan hak-hak perempuan dan anak perempuan," katanya.
PPI juga menargetkan terbitnya dua kebijakan dan program yang berkaitan dengan krisis kemanusiaan dan bencana alam yang mencerminkan peningkatan kesejahteraan, kesetaraan gender serta martabat perempuan dan hak perempuan serta lima kebijakan tentang kesehatan reproduksi, ibu melahirkan, bayi baru lahir, anak dan remaja yang dikembangkan dengan dukungan multisektoral.
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2022