Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Lotte Chemical Corporation (LCC) untuk mempercepat realisasi investasi pembangunan kompleks petrokimia berupa naphtha cracker senilai 4 miliar dolar AS di Cilegon, Banten.
Penandatanganan MoU dilakukan secara virtual oleh Vice Chairman & CEO Lotte Group Chemical Business Sector Kim Gyo Hyun dari Seoul, Korea Selatan dan Menteri Bahlil dari Jakarta, Jumat.
Bahlil juga menyaksikan langsung penandatanganan perjanjian kontrak Engineering, Procurement, and Construction (EPC) PT Lotte Chemical Indonesia (LCI) dengan kontraktor utamanya yaitu Lotte Engineering dan Hyundai Engineering Construction.
Dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat, kompleks petrokimia tersebut dikenal sebagai Lotte Chemical Indonesia New Ethylene Project atau "LINE Project" itu merupakan bagian dari total investasi mangkrak sebesar Rp708 triliun yang diminta Presiden Jokowi untuk diselesaikan.
"Ini sudah mangkrak 4-5 tahun. Tetapi berkat kerja keras tim Lotte Chemical, Dubes Korea di Indonesia, dan kementerian/lembaga terkait, Krakatau Steel, BUMN, ini bisa selesai. Melalui investasi ini, pasti neraca perdagangan akan semakin membaik, dan ini juga akan mendatangkan devisa, serta menyediakan lapangan kerja yang maksimal," ujar Bahlil.
Mantan Ketua Umum Hipmi itu menjelaskan Indonesia ke depan akan mendorong investasi yang berkualitas, salah satunya adalah melakukan transformasi ekonomi melalui hilirisasi.
Industrialisasi adalah bagian terpenting dalam melahirkan produk-produk substitusi impor. Oleh karena itu, Bahlil memberikan apresiasi kepada PT LCI, lantaran produk hilirisasi ini akan melahirkan produk substitusi impor.
Dalam kesempatan yang sama, Duta Besar Republik Korea untuk RI Park Tae-sung menyampaikan bahwa investasi yang dilakukan Lotte Chemical ini akan menjadi pendorong bagi mitra kerja sama lainnya untuk melakukan investasi berkelanjutan.
Rangkaian investasi tersebut dapat menjadi batu loncatan bagi Indonesia untuk menjadi pusat industri petrokimia di kawasan ASEAN.
"Saya harap Bapak Menteri Investasi berkenan mengawal terus proyek ini agar pembangunan dapat berjalan sesuai jadwal. Untuk itu, kita perlu membenahi bersama kebijakan yang dapat mendukung dan meningkatkan daya saing global," kata Dubes Park.
Sementara itu, Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) RI untuk Korea Selatan Gandi Sulistyanto menyampaikan optimismenya bahwa LINE Project akan berjalan sukses dan mencapai target pasarnya di Asia Tenggara.
"Kalian tidak perlu ragu. Bapak Menteri Bahlil adalah pengusaha sukses dan tahu sulitnya bagaimana birokrasi. Sehingga pada saat beliau duduk dalam birokrasi, beliau akan berjuang semaksimal mungkin untuk membantu menghilangkan birokrasi itu semaksimal mungkin dalam dunia bisnis," ujar Gandi.
Ada pun Vice Chairman & CEO LCC Kim Gyo Hyun berharap proyek tersebut dapat terselesaikan dengan baik dan memberikan kontribusi besar bagi industri petrokimia secara menyeluruh.
"Naphtha cracker yang akan dibangun pertama kali di Indonesia sejak 25 tahun silam ini, bukan hanya milik Lotte Group, tapi mempunyai arti yang sangat penting bagi industri petrokimia Indonesia," katanya.
Menanggapi isu lingkungan yang menjadi permasalahan global saat ini, Kim meyakinkan bahwa Lotte Chemical juga terus mengedepankan ekonomi berkelanjutan, dan terus berupaya memperkenalkan serta mengembangkan berbagai teknologi baru untuk meminimalisasi emisi karbon.
LINE Project direncanakan akan mulai tahap konstruksi pada tahun 2022 ini dan mulai beroperasi pada tahun 2025 mendatang. Target produksi proyek ini untuk menghasilkan 1 juta ton ethylene, 520.000 ton propylene, 250.000 ton polypropylene per tahun.
Baca juga: Menpan RB resmikan mal pelayanan publik di Lotte Grosir Bekasi
Baca juga: Lotte Choco Pie kembali hadirkan Online Fan Gathering 2021
Baca juga: Petugas gabungan temukan produk tak layak edar di Lotte Mart
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022