Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut pemerintah akan memberikan obat sekaligus konsultasi gratis melalui telemedisin (telemedicine) bagi masyarakat yang terkonfirmasi positif COVID-19 varian Omicron.Obatnya juga gratis tapi kalau ternyata tidak perlu obat ya sudah di rumah saja,
"Jadi yang positif itu dihubungi melalui WA (aplikasi whatsapp) lalu dia mesti pilih telemedisinnya, nanti diberikan konsultasinya gratis, kalau dari hasil konsultasi perlu obat nanti obatnya dikirim," kata Budi Gunadi seusai menghadiri rapat terbatas mengenai Evaluasi PPKM yang dipimpin Presiden Jokowi di Kantor Presiden Jakarta, Senin.
Melansir data Satgas COVID-19, hingga Minggu (9/1) ada 529 kasus baru positif COVID-19 di Indonesia sehingga total ada 4.266.195 kasus sejak Maret 2020. Sedangkan jumlah kasus aktif di Indonesia mencapai 6.108 kasus, bertambah 316 kasus dibanding sehari sebelumnya. Dari jumlah tersebut 414 kasus varian Omicron.
"Obatnya juga gratis tapi kalau ternyata tidak perlu obat ya sudah di rumah saja," tambah Budi.
Menurut Budi, Kementerian Kesehatan memang membuat perubahan strategi dalam penanggulangan varian Omicron.
"Transmisi Omicron memang akan jauh lebih tinggi dari Delta tapi yang dirawat lebih sedikit sehingga strategi layanan Kementerian Kesehatan akan digeser sehingga yang sebelumnya fokus ke rumah sakit, sekarang fokusnya ke rumah karena akan banyak orang yang terkena tapi tidak perlu ke rumah sakit," ungkap Budi.
Budi Gunadi menyebut Kemenkes sudah melakukan penelitian ke 414 pasien terkonfirmasi varian Omicron.
"Apa gejalanya, ada yang hanya perlu dirawat di rumah which is sebagian besar seperti itu, gejala apa saat dirawat di isolasi terpusat seperti rumah sakit, mana yang sedang dan mana berat," tambah Budi.
Baca juga: Menkes: Peningkatan Omicron disumbang pelaku perjalanan luar negeri
Baca juga: 10 pasien Omicron di DKI sudah sembuh
Kemenkes disebut Budi juga sudah kerja sama dengan 17 penyedia jasa telemedisin untuk memastikan agar pasien yang harus dirawat di rumah tetap bisa mendapatkan akses untuk konsultasi ke dokter dan mendapatkan obat.
"Kami juga sudah kerja sama 'start up' bidang logistik dan BUMN Kimia Farma agar obat-obatan bisa sampai termasuk 400 ribu tablet molnupiravir yaitu obat antivirus yang baru dari Merck sudah tiba di Indonesia dan siap digunakan," jelas Budi.
Budi mengungkapkan pasien yang dirawat di rumah adalah mereka yang tingkat saturasinya ada di atas 95.
"Teknisnya kalau yang sakit dan tidak ada gejala, tapi kalau dia gejala batuk, pilek, demam selama saturasi di atas 95 tidak perlu ke rumah sakit, tapi kalau tidak ada gejala ya sudah di rumah saja, tidak usah melakukan apa-apa, isolasi saja, tapi kalau dia ada gejala dikasih paket obat," ungkap Budi.
Obat yang diberikan adalah seperti paket obat yang pernah diberikan pemerintah pada pertengahan 2021.
"Sama seperti yang dulu tapi ada molnupiravir dari Merck itu saja," tambah Budi.
Menurut Budi, dari 414 kasus Omicron di Indonesia, pasien dengan kategori sedang yaitu yang membutuhkan perawatan dengan oksigen hanya dua orang, mereka berusia 58 tahun dan 47 tahun dan keduanya punya komorbid.
"Dari 414 orang yang dirawat karena Omicron ini, 114 orang atau 26 persen sudah sembuh termasuk dua orang tadi yang masuk kategori sedang sehingga bisa kembali ke rumah, jadi kesimpulannya meski Omicron lebih cepat transmisinya tapi lebih ringan keparahannya," ungkap Budi.
Namun Budi mengakui bahwa ada kemungkinan Indonesia akan menghadapi gelombang Omicron.
"Tidak usah panik kita sudah persiapkan dengan baik, pengalaman menunjukkan walau naik cepat tapi gelombang turunnya cepat, lakukan prokes, disiplin 'surveilance' dan jangan lupa lakukan vaksinasi," tegas Budi.
Baca juga: Pemerintah akan pisahkan data COVID lokal dengan kasus impor
Baca juga: Menkes ungkap 26 persen pasien Omicron sembuh dan kembali ke rumah
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2022