"Di antaranya kecenderungan penurunan jumlah antibodi sejak enam bulan setelah vaksinasi dan di tengah kemunculan varian COVID-19 baru termasuk Omicron," ujar Wiku dalam keterangan pers secara daring di Jakarta, Selasa.
Wiku mengatakan berdasarkan studi yang dilakukan tahun 2021, efektifitas empat vaksin yang mendapat izin penggunaan darurat daru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengalami penurunan efektivitas sebesar 8 persen dalam 6 bulan terakhir pada seluruh kelompok umur dalam kurun waktu yang sama.
Sedangkan pada orang dengan usia 50 tahun ke atas, terjadi penurunan efektivitas vaksin sebesar 10 persen, dan 32 persen untuk mencegah kemunculan gejala.
Baca juga: Satgas: Kasus positif COVID-19 dunia capai 2,7 juta dalam sehari
Baca juga: Epidemiolog bagikan tiga kunci penting atasi varian Omicron
Hal yang kedua sebagai bentuk adaptasi masyarakat hidup dalam pandemi COVID-19, demi ketenangan kesehatan masyarakat jangka panjang
Kemudian ketiga guna memenuhi hak setiap orang Indonesia untuk mengakses vaksinasi, demi perlindungan diri dan komunitas.
"Nantinya vaksin penguat akan diberikan secara gratis, dengan beberapa skema pemberian oleh pemerintah atau mitra badan hukum, atau badan usaha vaksin," ujar Wiku.
Wiku mengatakan vaksin penguat akan lebih dahulu diberikan pada kabupaten kota dengan cakupan 70 persen dosis pertama, dan cakupan 60 persen dosis kedua sebagai acuan percepatan vaksinasi.
Di luar itu, manfaat vaksin penguat secara langsung menjadi modal upaya pemulihan ekonomi, dengan kondisi kasus yang dapat ditekan sehingga dapat mencegah kemunculan gelombang baru, kata Wiku.
"Maka aktivitas masyarakat akan semakin fleksibel, dengan catatan tetap berada pada penerapan protokol kesehatan ketat," ujar dia.*
Baca juga: Wapres: Pemerintah antisipasi dampak pembelajaran tatap muka
Baca juga: Satgas COVID-19: DKI-Kepri alami kenaikan kasus dalam sebulan
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022