Mitos tentang inhaler bagi penderita asma

14 Januari 2022 15:19 WIB
Mitos tentang inhaler bagi penderita asma
Ilustrasi inhaler (ANTARA/Shutterstock/New Africa)
Para penderita asma tentu tidak asing dengan inhaler, bahkan sebagian besar selalu menyimpannya di dalam tas untuk berjaga-jaga jika terjadi kondisi tertentu.

Penggunaan inhaler merupakan cara paling penting dalam pengobatan asma. Akan tetapi, beberapa orang masih percaya dengan mitos bahwa inhaler dapat membuat ketagihan hingga mengandung steroid.

Berikut ini adalah mitos dan fakta tentang inhaler yang digunakan oleh penderita asma menurut Dr. Vikas Mittal, associate director, pulmonology and sleep, Max Super Specialty Hospital, Shalimar Bagh, India, dikutip Indian Express, Jumat.

Baca juga: Kenali pemicu asma dan cara mengobatinya di masa pandemi

1. Apakah bisa membuat ketagihan?

Faktanya, asma adalah penyakit jangka panjang yang dapat dikendalikan dengan pengobatan yang diresepkan dalam bentuk inhaler. Asma tidak memiliki obat dan inhaler bertindak sebagai penyelamat bagi sebagian besar pasien asma.

Inhaler meringankan pasien untuk jangka pendek juga untuk jangka panjang; kadang-kadang diberikan sesuai kebutuhan hanya untuk jangka pendek ataupun diberikan secara teratur untuk membantu mengatasi kondisi Anda.

Ini seperti melanjutkan pengobatan untuk tekanan darah tinggi, diabetes, atau seperti membutuhkan kacamata untuk mata sepanjang hidup Anda. Jadi, tidak benar kalau inhaler membuat ketagihan.

2. Inhaler mengandung steroid yang bisa membahayakan?

Faktanya, banyak orang mengkaitkan steroid dengan efek berbahayanya seperti pertumbuhan terhambat, tulang lemah, dan lainnya. Inhaler memiliki steroid dalam dosis mikrogram (µg) yaitu 1.000 kali lebih sedikit daripada dosis miligram (mg) dalam steroid oral.

Baca juga: Perbedaan sesak nafas karena asma dan COVID-19

Selain itu, inhaler diberikan langsung ke saluran napas dan tidak langsung diserap dalam tubuh sehingga memiliki efek samping yang minimal dibandingkan jika diberikan dalam bentuk tablet.

Steroid merupakan bagian integral dalam meredakan gejala asma, karena asma adalah penyakit inflamasi. Sebaliknya, jika steroid tidak digunakan untuk mencegah asma yang memburuk, ini dapat mempengaruhi pertumbuhan anak dan menyebabkan masalah jangka panjang.

3. Apakah obat oral lebih efektif daripada inhaler?

Faktanya, berbagai studi dan penelitian menunjukkan bahwa obat oral kurang efektif karena membutuhkan waktu lebih lama untuk bekerja saat serangan asma, sementara inhaler memberikan obat langsung ke saluran udara, sehingga dapat memberikan pertolongan cepat.

Dengan cara ini, kita membutuhkan dosis obat yang lebih sedikit dan efek samping yang lebih sedikit. Misalnya, tablet asthalin 2 mg setara dengan 20 isapan inhaler asthalin karena setiap isapan hanya mengandung 100 g.

4. Apakah inhaler hanya boleh digunakan untuk kasus asma parah?

Faktanya, inhaler memiliki obat yang tidak hanya meredakan tetapi juga mengontrol asma untuk jangka panjang. Asma adalah penyakit kronis yang bertahan lama tetapi penyakit yang sepenuhnya dapat dikendalikan, tidak dapat disembuhkan, dan jika tidak diobati, dapat menjadi parah sehingga tidak bisa dikendalikan.

Baca juga: Manfaat daun mint, redakan stres hingga mengobati asma

Jadi, inhaler yang menjadi andalan pengobatan asma sebaiknya digunakan secara rutin agar tidak berubah menjadi asma yang parah.

5. Asma dapat disembuhkan?

Faktanya, asma adalah kondisi jangka panjang (kronis) yang tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, baik dengan menggunakan inhaler atau obat lain yang direkomendasikan. Tapi, itu sepenuhnya dapat dikontrol dan pasien dapat menjalani kehidupan yang benar-benar normal.

Gejala-gejala yang disebabkan oleh asma dapat mereda dalam jangka waktu tertentu dan obat-obatan yang diperlukan pada akhirnya dapat berkurang atau berhenti, tetapi bukan berarti telah sembuh.

Untuk pasien yang asmanya dipicu setelah lama tidak minum obat, serangan asma berikutnya bisa berakibat fatal. Inilah sebabnya mengapa disarankan untuk terus minum atau menghentikan obat (inhaler) hanya atas saran dokter.

Baca juga: Dokter Spesialis Paru ingatkan penderita asma untuk kelola stres

Baca juga: PB Perpari: Kesalahpahaman tentang asma di masyarakat masih kuat

Baca juga: Wamenkes: Asma tidak bisa disembuhkan namun dapat dikendalikan

Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2022