Vaksinasi demi masa depan pendidikan anak

14 Januari 2022 18:38 WIB
Vaksinasi demi masa depan pendidikan anak
Siswa SD Negeri 2 Palembang, Muhammad Afif, saat mau divaksin COVID-19 di Palembang, Jumat (14/1/2022). (ANTARA/Nova Wahyudi)

Dibutuhkan peran berbagai pihak untuk melindungi mereka, terutama kalangan orang tua, dengan memberikan izin untuk divaksin COVID-19

Pagi itu, ruangan laboratorium SD Negeri 2 Palembang, Sumatera Selatan terasa riuh. Anak-anak usia 7-8 tahun dengan didampingi orang tua masing-masing bersiap untuk divaksin COVID-19.

Ada yang berani, akan tetapi ada pula yang ketakutan saat mengikuti vaksinasi.

Muhammad Afif (7), sedari masuk ruangan itu sudah menangis hingga suara nyaringnya menarik perhatian seisi ruangan.

Bujukan dari ibundanya sama sekali tak didengarkan anak ketiga dari empat bersaudara ini. Bocah itu terus saja meronta dan menjerit hingga bercucuran air mata.

Beberapa guru hingga petugas kepolisian sontak mendekatinya, berusaha menenangkan Afif agar mau disuntik vaksin COVID-19.

Saat tiba gilirannya, Afif pun tak mampu menolak. Kedua tangannya yang meronta dipegang erat ibunya. Petugas menusukkan jarum suntik ke lengannya.

“Beli mainan mama,” kata jerit Afif sesaat setelah disuntik, yang langsung disambut gelak tawa siapa saja yang menyaksikan.

Susah-susah gampang membujuk anak-anak ini untuk disuntik vaksin. Ada orang tua yang terpaksa menyeret-nyeret anaknya supaya mau duduk di hadapan petugas kesehatan. Ada juga yang terpaksa mengejar anaknya ke lapangan sekolah karena si anak sudah kadung kabur meninggalkan ruangan vaksinasi.

Namun, ada juga anak yang gagah berani, sampai membuat orang sekitarnya berdecak kagum. Bocah ingusan itu sempat-sempatnya mengoyangkan kaki ketika jarum suntik ditusukkan ke lengannya.

Sulaimah, ibunda dari Afif, mengaku merasa lega karena akhirnya putra kesayangannya itu divaksin COVID-19. Dengan begitu, tinggal suaminya yang belum divaksin penuh (dosis 2).

“Jadi saya paksa dia (Afif, red.), harus mau. Ini supaya tidak terkena COVID,” kata Sulaimah.

Baca juga: Pakar: Perlu sosok duta vaksin anak untuk edukasi vaksinasi

Sepekan lalu para orang tua murid mendapatkan surat dari pihak sekolah yang berisikan pemberitahuan akan diselenggarakan vaksinasi anak usia 6-11 tahun.

Para orang tua diminta membuat pernyataan yang memberikan izin anaknya divaksin dengan dilampiri meterai.

Dari media massa, Sulaimah mendapatkan informasi bahwa pemberian vaksin untuk anak ini berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen.

Ia pun mendukung program pemerintah itu karena sudah jengah dengan pembelajaran secara daring yang dilakukan lebih dari dua tahun.

“Saya repot, harus ngajari dia (anak, red.), susah. Ini enak jika sudah sekolah setiap hari,” kata dia.

Afif dan anak-anak lainnya menjalani pembelajaran secara daring sudah cukup lama. Afif yang saat ini duduk di kelas II SD, terakhir kali mengikuti PTM saat di Taman Kanak-Kanak.

Setelah pandemi menjalar di Indonesia sejak Maret 2020, anak-anak itu pun menjadi siswa daring yang terpaksa belajar menggunakan gawai.

Namun, sejak dua pekan lalu, sistem pembelajaran beralih ke tatap muka. Walau hanya tiga hari dalam sepekan, hal itu setidaknya sudah meringankan para ibu yang selama ini harus berperang urat saraf dalam mengajari anak-anaknya.

Harapan dilaksanakannya PTM 100 persen juga diungkapkan Desy, orang tua dari Aftar Muazam, siswa kelas II SD Negeri 2 Palembang.

Sebagai orang tua, ia tak menyangkal direpotkan oleh penerapan sistem pembelajaran secara daring yang menurutnya tidak efektif bagi anak-anak SD.

“Senang jika bisa sekolah 'full' (PTM 100 persen, red.), saya tidak repot lagi,” kata dia.

Oleh karena itu, ia sangat mendukung ketika program vaksinasi diberikan pemerintah untuk anak usia 6-11 tahun.

Baca juga: Sumsel dapat tambahan 289.200 dosis CoronaVac untuk vaksinasi anak

Sama sekali tidak ada keraguan di benaknya, lantaran ia juga tidak mendapatkan keluhan setelah menerima suntikan vaksin COVID-19.

“Kenapa takut divaksin, kita saja tidak apa-apa,” kata dia.

Sebagian orang tua di sekolah itu memberikan dukungan atas pelaksanaan vaksinasi. Akan tetapi ada juga yang enggan memberikan izin anaknya divaksin.

Kepala Sekolah SD Negeri 2 Palembang Emilya mengatakan dari total 683 siswa yang terdaftar di sekolahnya, hanya 341 siswa yang orang tuanya memberikan persetujuan untuk divaksin.

Ia tak mengetahui secara persis alasan para orang tua melarang anaknya divaksin karena dalam lembar pernyataan hanya diminta memberikan jawaban setuju atau tidak setuju.

"Dari surat pernyataan yang kami terima, baru kami tahu bahwa banyak juga yang belum mau," kata dia.

Namun, dari 342 siswa yang enggan divaksin itu, ia memastikan 10 persennya sudah divaksin secara mandiri di fasilitas kesehatan swasta.

Jangan sepelekan

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Lesty Nurainy mengatakan dibutuhkan peran dari berbagai pihak untuk menyadarkan para orang tua mengenai pentingnya vaksinasi COVID-19.

Pemprov mengharapkan para tokoh masyarakat dan pemengaruh memberikan sosialisasi ke para orang tua mengenai pentingnya memvaksinkan anak.

Guru membimbing siswa membaca doa usai Shalat Duha di Sekolah Islam Khalifah Annizam Palembang, Sumatera Selatan, Senin (6/9/2021), dalam pelaksanaan PTM. (ANTARA FOTO/Feny Selly/hp)


Saat ini, vaksinasi salah satu cara paling jitu menghalau COVID-19, selain penerapan protokol kesehatan.

Secara kasat mata, hal ini dapat diamati dari kasus COVID-19 yang terjadi saat cakupan vaksinasi masih rendah. Jumlah warga yang terpapar dan tingkat kematian saat ini sudah menurun drastis setelah cakupan vaksinasi di atas 70 persen dari total sasaran.

Penolakan ini diperkirakan lantaran hoaks yang diembuskan pihak-pihak yang tak bertanggung jawab sehingga menimbulkan keraguan para orang tua.

Para orang tua sebaiknya membaca berita-berita yang dapat dipertanggungjawabkan serta terjamin kebenarannya.

"Orang tua harus melihat kenyataan saat ini seluruh dunia itu sudah divaksin semua, jadi harus berpikiran terbuka," kata dia.

Sebagai bentuk keseriusan pemerintah dalam meningkatkan cakupan vaksinasi anak-anak, Provinsi Sumatera Selatan bakal mendapatkan tambahan vaksin COVID-19 sebanyak 289.200 dosis jenis CoronaVac dari Kementerian Kesehatan.

Ratusan ribu dosis vaksin ini diperkirakan akan tiba di Sumsel dalam waktu dekat.

Sembari menanti kedatangan vaksin tersebut, vaksinasi anak tetap bisa dilakukan di Sumsel menggunakan stok yang tersedia, yakni vaksin CoronaVac dan vaksin COVID-19 Bio Farma.

Kedua vaksin ini telah mendapatkan persetujuan Izin Penggunaan Darurat (EUA) untuk digunakan pada anak usia 6-11 tahun.

Berdasarkan ketentuan, vaksinasi untuk anak-anak secara intramuskuar atau injeksi ke otot tubuh bagian lengan atas.

Baca juga: Vaksinasi anak di Pangandaran-Jabar digelar di arena wisata akuarium

Suntikan diberikan dua kali dengan dosis 0,5 milimeter dalam interval minimal 28 hari. Sebelum dilakukan penyuntikan vaksin, harus melalui penapisan dengan format standar oleh petugas vaksinasi.

Sejauh ini, pemerintah memperbolehkan vaksinasi anak di puskesmas, rumah sakit, fasilitas pelayanan kesehatan lain, hingga pos-pos pelayanan vaksinasi, dan sentra vaksinasi.

Namun, Lesty menyarankan kegiatan lebih baik di sekolah agar dapat diketahui anak yang sudah divaksin dan belum.

Sejak mulai digencarkan pada pekan ini, realisasi vaksinasi anak di 17 kabupaten/kota di Sumsel mencapai 16,34 persen dari total sasaran 899.622 orang.

Realisasi tertinggi dilakukan Kabupaten Empat Lawang dengan 15.776 orang atau 53,18 persen dari total sasaran, dan Ogan Komering Ulu Timur 32.530 orang atau 49,06 persen dari total sasaran, Prabumulih 10.607 orang atau 46,73 persen dari total sasaran.

Sejauh ini, Gubernur Sumsel Herman Deru telah mengeluarkan surat edaran ke pemkab dan pemkot untuk mempercepat vaksinasi COVID-19 melalui vaksinasi anak 6-11 tahun, vaksinasi lansia, dan vaksinasi penguat.

Dalam Surat Edaran Nomor 004/SE/Dinkes/2022 tentang Percepatan Vaksinasi COVID-19 itu, diinstruksikan setiap kabupaten/kota mempercepat vaksinasi anak demi terselenggara PTM 100 persen.

Dalam SE itu, Gubernur  Herman Deru juga meminta vaksinasi anak di sekolah meski pemerintah mengizinkan di sarana dan prasarana kesehatan lainnya.

Selain itu, setiap kabupaten/kota yang belum mencapai target 70 persen untuk vaksinasi lansia diminta melakukan percepatan, demikian juga dosis kedua untuk masyarakat umum, agar tercapai kekebalan kelompok dari penularan virus itu.

Epidemiolog Universitas Sriwijaya Iche Andriany Liberty mengatakan pemberian vaksin kepada anak tidak bisa dianggap sepele karena termasuk kelompok berisiko, khususnya mereka yang memiliki penyakit penyerta.

Baca juga: Komda KIPI Tulungagung: Pastikan kondisi anak fit sebelum divaksin

Anak-anak juga kelompok rentan terpapar COVID-19 karena tergolong kurang patuh dalam penerapan protokol kesehatan.

Dibutuhkan peran berbagai pihak untuk melindungi mereka, terutama kalangan orang tua, dengan memberikan izin untuk divaksin COVID-19.

Menurutnya, anak-anak termasuk kelompok yang kerap abai dalam penerapan protokol kesehatan sehingga pemberian vaksin menjadi sangat penting demi menurunkan risiko, apalagi virus corona ini terus bermutasi, dan tidak dapat diprediksi keadaannya pada masa mendatang.

"Negara juga harus memikirkan bagaimana vaksin untuk anak-anak di bawah usia enam tahun yang bersekolah di PAUD dan TK," kata dia.

Mendorong

Semua pihak harus berupaya mendorong terciptanya kekebalan kelompok tanpa melihat batas wilayah, negara, status sosial, dan lainnya.

Kajian UNESCO, UNICEF, dan Bank Dunia mendorong dibukanya kembali sekolah sebagai prioritas setiap negara.

Krisis kehilangan pembelajaran secara global banyak membuat anak kehilangan kemampuan berinteraksi sosial, menurun tingkat kesehatannya, mengalami kekerasan, termasuk pernikahan dini, dan terganggu perkembangan mentalnya.

Baca juga: Ganjar-Pangkoarmada cek vaksinasi anak di KRI Surabaya 591

Pemerintah Indonesia pada pertengahan Desember 2021 telah menerbitkan surat keputusan bersama (SKB) empat menteri terkait tentang panduan penyelenggaraan pembelajaran di masa pandemi COVID-19.

Surat itu ditandatangani oleh Menkes Budi Gunadi Sadikin, Mendagri Tito Karnavian, Mendikbudristek Nadiem Makarim, dan Menag Yaqut Cholil Qoumas.

"Pendidikan adalah hak setiap warga negara dan merupakan tanggung jawab bersama. Pemulihan pendidikan tidak kalah pentingnya dengan pemulihan ekonomi," kata Mendikbudristek Nadiem Makarim.

Saat ini, anak-anak bersiap menyongsong PTM 100 persen dengan syarat yakni tuntaskan terlebih dahulu pemberian vaksin demi masa depan pendidikan Indonesia.

Baca juga: Perlu ajak anak bekerjasama berfikir kritis terima informasi COVID-19
Baca juga: Mufida: Ketuntasan vaksin dosis 2 dan anak penting selain "booster"
Baca juga: Anggota DPR ajak orang tua tak ragu anaknya divaksin

Pewarta: Dolly Rosana
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022