• Beranda
  • Berita
  • Megathrust Selat Sunda zona seismik gap yang patut diwaspadai

Megathrust Selat Sunda zona seismik gap yang patut diwaspadai

15 Januari 2022 13:37 WIB
Megathrust Selat Sunda zona seismik gap yang patut diwaspadai
ITB: Potensi tsunami 20 meter terjadi jika dua segmen megathrust pecah
Koordinator Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan segmen megathrust Selat Sunda merupakan salah satu zona seismik gap di Indonesia yang selama ratusan tahun belum terjadi gempa besar, sehingga patut diwaspadai.

"Gempa Ujung Kulon, Banten kemarin sebenarnya bukan ancaman sesungguhnya karena segmen megathrust Selat Sunda mampu memicu gempa dengan magnitudo tertarget mencapai 8,7 dan ini dapat terjadi sewaktu-waktu, inilah ancaman yang sesungguhnya," kata Daryono dalam pesan singkatnya yang diterima di Jakarta, Sabtu.

Baca juga: BMKG segera luncurkan informasi gempa berbasis frekuensi radio

Dia mengatakan hingga saat ini belum ada teknologi yang bisa memprediksi kapan gempa terjadi, dengan kondisi ratusan tahun belum terjadi gempa besar di Selat Sunda patut diwaspadai, karena berada di antara dua lokasi gempa besar yang merusak dan memicu tsunami, yaitu Gempa Pangandaran magnitudo 7,7 pada 2006 dan Gempa Bengkulu magnitudo 8,5 pada 2007.

Berdasarkan catatan sejarah gempa dan tsunami, di wilayah Selat Sunda memang sering terjadi tsunami, tercatat Tsunami Selat Sunda pada 1722, 1852, dan 1958 disebabkan oleh gempa.

Kemudian, Tsunami pada 416, 1883, 1928, 2018 berkaitan dengan erupsi Gunung Krakatau. Sedangkan tsunami tahun 1851, 1883 dan 1889 dipicu aktivitas longsoran.

Daryono mengatakan gempa kuat dan tsunami adalah proses alam yang tidak dapat dihentikan, bahkan memprediksi kapan terjadinya pun juga belum bisa.

Baca juga: Gempa megatrust tetap berpotensi di selatan Jawa

Baca juga: BPPT ingatkan masyarakat siap siaga terkait gempa megathrust


"Namun, dalam ketidakpastian kapan terjadinya itu kita masih dapat menyiapkan upaya mitigasi konkret seperti membangun bangunan tahan gempa, memodelkan bahaya gempa dan tsunami, kemudian menjadikan model ini sebagai acuan mitigasi," katanya.

Perlunya perencanaan wilayah berbasis risiko gempa dan tsunami, menyiapkan jalur evakusi, memasang rambu evakuasi, membangun tempat evakuasi, berlatih evakuasi/drill secara berkala, termasuk edukasi evakuasi mandiri. Selain itu, BMKG juga akan terus meningkatkan performa peringatan dini tsunami lebih cepat dan akurat, ujar Daryono.

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022