• Beranda
  • Berita
  • Metaverse dan web3.0 tantangan program literasi digital

Metaverse dan web3.0 tantangan program literasi digital

20 Januari 2022 13:58 WIB
Metaverse dan web3.0 tantangan program literasi digital
Tangkapan layar - Juru Bicara Kementerian Kominfo Dedy Permadi dalam acara peluncuran indeks literasi digital 2021 dan dashboard status literasi digital Indonesia yang disiarkan secara daring dipantau dari Jakarta, Kamis (20/1/2022). ANTARA/Livia Kristianti/aa.

berhadapan dengan metaverse.

Juru Bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Dedy Permadi menyebutkan, pengembangan web3.0 dan metaverse perlu dikenalkan dalam program nasional literasi digital karena kedua segmen tersebut merupakan tantangan yang harus dihadapi di tengah perkembangan era digital.

Menurut Dedy, web3.0 dan metaverse berkembang bersamaan dengan upaya Indonesia yang masih meliterasi masyarakat di ruang digital agar bisa terhindar dari konten- konten negatif.

“Tantangannya adalah memastikan orang tidak hanya bisa memakai internet dan memakai media sosial. Tapi bisa menggunakan itu untuk tujuan positif serta produktif itu PR-nya. Dulu kita bicara website, media sosial, sekarang kita sudah harus berhadapan dengan metaverse. Padahal kita belum selesai menanggulangi konten negatif di ruang digital,” ujar Dedy dalam acara daring di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Korsel incar pasar metaverse terbesar ke-5 dunia

Untuk itu penting dalam kurikulum Gerakan Literasi Digital Nasional pembahasan mengenai metaverse dan web3.0 dimasukan sehingga masyarakat umum bisa memahami dengan betul kedua hal yang terbilang “dunia baru” itu.

Metaverse sebenarnya sudah lama dibicarakan oleh para ahli teknologi, namun pada 2021 lalu CEO Facebook (kini Meta) Mark Zuckberg mengumumkan perusahaannya akan menghadirkan realitas baru bernama metaverse.

Metaverse secara mudah dikenal juga sebagai extended reality, sebuah lingkungan di ruang digital yang memungkinkan pengguna internet melakukan banyak aktivitas mulai dari bekerja, bermain, hingga bersosialisasi layaknya kehidupan nyata.

Sementara web3.0 semakin dikenal karena perkembangan blockchain dalam beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan yang signifikan terutama akibat semakin mudahnya orang melakukan transaksi aset kripto dan segala bentuk pengembangannya seperti Non Fungible Token (NFT).

Dengan semakin majunya perkembangan teknologi itu, maka dinilai penting untuk mengenalkan juga konsep dasar dari keduanya kepada masyarakat umum.

Tentunya Gerakan Literasi Digital Nasional dapat menjadi salah satu medium yang tepat agar pemahaman baru di ruang digital masa kini bisa dipahami oleh masyarakat di Indonesia.

“Perkembangan ruang digital Indonesia dan peluangnya sangat luar biasa termasuk terkait metaverse. Saya sangat berharap kita semua bisa terus bergandengan tangan memajukan gerakan nasional literasi digital,” ujar Dedy.

Baca juga: Literasi digital prioritas utama sukseskan Presidensi G20 Indonesia

Baca juga: Kominfo: Indeks literasi budaya digital Indonesia meningkat

Baca juga: Set top box ASO tahap pertama tercukupi

 

Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022