Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan penandatanganan perjanjian kerja sama lisensi dengan PT Biosains Medika Indonesia untuk komersialisasi RT-LAMP (reverse transcription loop mediated isothermal amplification).Kami sangat optimistis Indonesia bisa mandiri
"RT-LAMP ini salah satu bukti nyata bagaimana teman-teman periset kita yang berasal dari berbagai pusat riset ada dari Pusat Riset Kimia, Pusat Riset Fisika, Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman, Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Provinsi Banten yang bekerja keras sejak 2020," kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dalam peluncuran produk RT-LAMP yang diikuti secara virtual di Jakarta, Jumat.
Penandatanganan perjanjian kerja sama tersebut dilakukan oleh Pelaksana tugas Deputi Pemanfaatan Riset dan Inovasi BRIN Mego Pinandito dan Direktur PT Biosains Medika Indonesia Rifan Ahmad, dan disaksikan oleh Kepala BRIN dan tim peneliti RT-LAMP.
Ia mengatakan BRIN membuka kolaborasi seluas-luasnya bagi mitra industri untuk pengembangan, hilirisasi dan komersialisasi produk riset dan inovasi dalam rangka menjawab kebutuhan masyarakat dan pasar.
Baca juga: BRIN: Tes COVID-19 dengan RT-LAMP berpotensi lebih murah dibanding PCR
Baca juga: BRIN: Hasil tes COVID-19 dengan RT-LAMP diperoleh kurang dari satu jam
Menurut dia, pengembangan RT-LAMP menjadi pengalaman berharga bagi para peneliti Indonesia karena lewat inovasi mandiri, bisa meningkatkan kemampuan untuk menghasilkan produk riset dan inovasi yang berstandar ilmiah dan sesuai regulasi.
Reaksi amplifikasi gen target dengan metode RT-LAMP berlangsung kurang dari satu jam sehingga diagnosa hasil COVID-19 bisa diperoleh lebih cepat, dengan hasil seakurat RT-PCR.
RT-LAMP tersebut hadir untuk melengkapi kebutuhan metode deteksi virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 di Tanah Air.
Alat deteksi itu telah mempunyai Nomor Izin Edar Alat Kesehatan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, yakni Kemenkes RI AKD 2030322XXXX. Izin edar produk dengan merek dagang Qi-LAMP-O yang berlaku sampai dengan Januari 2027.
RT-LAMP menggunakan sampel ekstrak RNA hasil usap (swab) hidung yang dapat dideteksi secara kualitatif dengan melihat adanya presipitasi dengan akurasi yang baik.
Direktur PT Biosains Medika Indonesia Rifan Ahmad menuturkan relatif agak lama menanti produk inovasi RT-LAMP karena kebutuhan pasar lebih cepat sejak awal pandemi COVID-19 melanda Indonesia pada 2020.
"Kami sangat optimistis Indonesia bisa mandiri apalagi ke depannya metodenya bukan cuma swab nasofaring dan orofaring tapi juga bisa dikembangkan melalui saliva," ujarnya.
Rifan mengharapkan keberadaan RT-LAMP bisa memenuhi kebutuhan pasar Indonesia bukan cuma untuk COVID-19 tapi ke depan RT-LAMP bisa dikembangkan untuk deteksi mikroorganisme patogenik yang lain seperti malaria dan tuberkulosis.
Baca juga: BRIN: RT-LAMP sebagai metode alternatif deteksi COVID-19 selain PCR
Baca juga: BRIN: Izin edar RT-LAMP terbit sebagai detektor COVID-19
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022