• Beranda
  • Berita
  • IDAI: Anak bisa jadi penular aktif, percepat vaksinasi COVID-19

IDAI: Anak bisa jadi penular aktif, percepat vaksinasi COVID-19

27 Januari 2022 17:54 WIB
IDAI: Anak bisa jadi penular aktif, percepat vaksinasi COVID-19
Tangkapan layar Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) (bawah) dalam webinar Lokapala 3.0 bertajuk “Habis Gelap Terbitkah Terang?” yang diikuti di Jakarta, Kamis (27/1/2022). (FOTO ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)

Meski rata-rata anak yang terkena COVID-19 memiliki gejala yang lebih ringan dibandingkan orang dewasa, namun anak dapat menjadi penular aktif karena adanya interaksi yang dilakukan di sekolah bersama teman-temannya

Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) mengatakan bahwa anak dapat menjadi penular yang aktif sehingga pemerintah perlu mempercepat vaksinasi COVID-19 pada kelompok anak-anak.

“Anak-anak itu sebagian besarnya memang bila terkena COVID-19 bergejala ringan ya. Sedikit sekali yang bergejala berat. Tetapi dia bisa menjadi penular yang aktif,” katanya dalam webinar Lokapala 3.0 bertajuk “Habis Gelap Terbitkah Terang?” yang diikuti di Jakarta, Kamis.

Ia menyatakan meski rata-rata anak yang terkena COVID-19 memiliki gejala yang lebih ringan dibandingkan orang dewasa, namun anak dapat menjadi penular aktif karena adanya interaksi yang dilakukan di sekolah bersama teman-temannya.

Adanya interaksi yang tidak sadar dilakukan anak, kata dia, membuka peluang tertular COVID-19 terutama dengan adanya varian Omicron. Membuat anak pulang dengan membawa virus ke dalam keluarga, yang kemudian menyebabkan kelompok rentan seperti penduduk lanjut usia (lansia) jadi terpapar.

Menurutnya, semua pihak dapat mencegah anak menjadi penular aktif melalui mempercepat pemberian vaksinasi pada anak usia 6-11 tahun dan mendidik masyarakat luas mengenai pentingnya memberikan vaksin pada anak.

Tapi sayangnya, kata dia, masih banyak orang tua yang takut membawa anaknya untuk di vaksinasi dan berbagai gerakan yang menolak pemberian vaksin pada anak di berabgai media sosial, sehingga target cakupan vaksinasi COVID-19 pada anak berisiko tidak tercapai.

“IDAI tidak merekomendasikan anak yang belum vaksinasi untuk mengikuti pembelajaran tatap muka (PTM). Jadi harus diperhatikan seperti ini, kadang-kadang malah diabaikan,” katanya menegaskan.

Sementara untuk melindungi anak yang belum bisa divaksinasi, orang tua dapat menciptakan lingkungan yang aman dan sehat, dimana semua orang di sekitar anak dipastikan setidaknya telah divaksinasi.

Kemudian pada pihak pemerintah dan sekolah, IDAI merekomendasikan untuk tidak memberlakukan PTM terlebih dahulu, terutama dengan adanya Omicron yang merebak dalam masyarakat.

Sebagai opsi lain, pemerintah dapat menggunakan pilihan pembelajaran jarak jauh guna mengurangi potensi terpaparnya anak oleh COVID-19.

“Sangat riskan meninggalkan anak-anak kita apalagi yang belum vaksinasi lengkap untuk mengikuti PTM. Kami IDAI, merekomendasikan untuk pemerintah meninjau kembali kebijakan PTM ini dan diberi opsi agar tetap ada pilihan hybrid atau pembelajaran jarak jauh,” demikian Piprim Basarah Yanuarso.

Baca juga: IDAI: Anak-anak penting divaksin COVID-19 antisipasi Omicron

Baca juga: IDAI luncurkan program Littleku kejar cakupan imunisasi anak

Baca juga: IDAI dorong masyarakat pastikan manfaat vaksinasi COVID-19 untuk anak

Baca juga: IDAI keluarkan rekomendasi terbaru untuk vaksinasi COVID-19 anak

 

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022