Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, membenarkan adanya 10 warga Desa Hargomulyo, Kecamatan Gedangsari, diduga terpapar antraks setelah mengkonsumsi daging sapi yang mati dan disembelih.sepuluh orang mengalami gejala seperti penyakit antraks
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Gunung Kidul Retno Widyastuti di Gunung Kidul, Sabtu, membenarkan adanya dugaan antraks di Kecamatan Gedangsari.
"Setelah kami mendapatkan laporan, kami langsung melakukan pengambilan sampel untuk diuji di laboratorium. Hasil pengujian sampel belum keluar,” kata Retno.
Hal yang sama disampaikan Sekretaris Dinas Kesehatan Gunung Kidul Abdul Azis mengatakan bahwa pihaknya sudah mendapatkan laporan terkait dugaan penyebaran antraks di Kecamatan Gedangsari. Dinkes bersama Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan sudah menindaklanjuti laporan ini dilakukan upaya penanggulangan secara bersama-sama sesuai dengan ketugasan yang dimiliki.
"Untuk kepastian kasus juga sudah diambil sampel mulai dari darah warga, tanah hingga contoh daging yang masih tersisa,” katanya.
Baca juga: Enam warga Sidomulyo Tulungagung terpapar antraks berangsur sembuh
Baca juga: Enam warga alami gejala kulit melepuh, diduga penyakit antraks
Azis mengatakan Dinkes sudah memberikan obat-obatan kepada warga yang bergejala. Selain itu, juga sudah dilakukan pelacakan kasus untuk mengurangi risiko penyebaran yang lebih luas.
"Kepastian masih menunggu hasil uji laboratorium. Tapi, upaya penanggulangan juga sudah dilakukan,” katanya.
Sementara itu, Kepala Desa Hargomulyo, Sumaryanta mengatakan kronologis dugaan kasus antraks ini bermula adanya sapi milik salah seorang warga yang mati secara mendadak pada Kamis (19/1). Sebanyak 65 orang iuran masing-masing Rp100.000 untuk kemudian diberikan diserahkan kepada pemilik sapi, sebagai ganti rugi.
Selanjutnya, daging sapi tersebut dibagikan kepada warga yang ikut iuran. Ada 30 warga yang telah mengkonsumsi daging sapi ini.
"Dari jumlah tersebut sepuluh orang mengalami gejala seperti penyakit antraks mulai dari meriang hingga bagian tangan melepuh karena luka. Terhadap 10 warga tersebut sudah diberikan penanganan dan sudah diambil sampel untuk kepastian penyakit yang diderita,” katanya.
Selain pengambilan sampel untuk uji laboratorium, sisa daging yang belum diolah juga sudah dimusnahkan dengan cara dibakar. “Kami berharap kepada warga yang mengalami gejala segera ke puskesmas untuk mendapatkan perawatan,” katanya.
Baca juga: Hewan ternak harus divaksin antraks supaya tidak menular pada manusia
Azis mengatakan Dinkes sudah memberikan obat-obatan kepada warga yang bergejala. Selain itu, juga sudah dilakukan pelacakan kasus untuk mengurangi risiko penyebaran yang lebih luas.
"Kepastian masih menunggu hasil uji laboratorium. Tapi, upaya penanggulangan juga sudah dilakukan,” katanya.
Sementara itu, Kepala Desa Hargomulyo, Sumaryanta mengatakan kronologis dugaan kasus antraks ini bermula adanya sapi milik salah seorang warga yang mati secara mendadak pada Kamis (19/1). Sebanyak 65 orang iuran masing-masing Rp100.000 untuk kemudian diberikan diserahkan kepada pemilik sapi, sebagai ganti rugi.
Selanjutnya, daging sapi tersebut dibagikan kepada warga yang ikut iuran. Ada 30 warga yang telah mengkonsumsi daging sapi ini.
"Dari jumlah tersebut sepuluh orang mengalami gejala seperti penyakit antraks mulai dari meriang hingga bagian tangan melepuh karena luka. Terhadap 10 warga tersebut sudah diberikan penanganan dan sudah diambil sampel untuk kepastian penyakit yang diderita,” katanya.
Selain pengambilan sampel untuk uji laboratorium, sisa daging yang belum diolah juga sudah dimusnahkan dengan cara dibakar. “Kami berharap kepada warga yang mengalami gejala segera ke puskesmas untuk mendapatkan perawatan,” katanya.
Baca juga: Hewan ternak harus divaksin antraks supaya tidak menular pada manusia
Pewarta: Sutarmi
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022