“Sekarang kan orang banyak menggunakan styrofoam. Makan makanan kecil dan sebagainya itu kan sekarang banyak,” ungkap Teja saat diskusi daring, Kamis.
“Kalau rata-rata hasil kunjungan kita cek langsung ke lapangan dan dari teman-teman berbagai lembaga, styrofoam itu ada peningkatan. Kalau plastik tidak terlalu banyak. Styrofoam yang sekarang meningkat,” lanjutnya.
Namun, detail jumlah peningkatan sampah tersebut tidak disebutkan secara detail. Lebih lanjut, Teja mengakui bahwa hal tersebut merupakan tantangan. Kendati demikian, pihaknya pun akan terus berupaya untuk mengajak masyarakat untuk mengurangi penggunaan styrofoam.
“Ini tantangan buat kita bagaimana mengajak masyarakat sekarang untuk mengurangi menggunakan styrofoam. Lebih baik gunakan yang bisa diolah. Yang sifatnya ramah lingkungan,” ujar Teja.
“Sekarang kami di awal 2022 ini akan gerak terus supaya bisa mengurangi sampah,” sambungnya.
Baca juga: Biofoam, kemasan alternatif aman untuk lingkungan hidup
Baca juga: KLHK minta instansi pemerintah kurangi penggunaan plastik sekali pakai
Baca juga: LIPI: Perlu teknologi standar untuk pembakaran sampah
Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022